Monday, October 7, 2019

Ikuti 8 Kiat Ini untuk Membebaskan Kamu dari Sifat Baper




Jaman kini, banyak orang baper. Sedikit-sedikit kita juga baperan. Kita dengar orang bicara sesuatu tentang kita, kita jadi baper. Ada orang yang bicara sesuatu yang membuat perasaan kita tidak enak, kita pun baper. Seolah dunia makin penuh dengan orang baper dan juga orang-orang yang membuat kita baper. Kemana pun kita pergi, cepat atau lambat ada orang membuat kita jadi baper. Tempat untuk damai dan tenang didunia dimana kita aman dan terlindung dari benturan dengan orang lain makin sulit ditemukan.

Lalu, kamu tidak bisa menuntut orang berubah demi membuat perasaanmu nyaman. Yang bisa kamu lakukan adalah melindungi dirimu supaya tidak mudah jadi baper. Kamu tidak bisa menuntut dunia berubah, tapi kamu bisa menyikapinya sedemikian rupa sehingga kamu tidak mudah baperan.

Berikut kiatnya…

Satu: berpegang teguh pada prinsip. Dunia jaman kini sarat dengan pengaruh. Kita hidup di abad internet dan sosmed. Ada berbagai cara pandang baru yang bermunculan. Juga berbagai solusi yang ditawarkan untuk masalah pribadi. Kita harus pandai dan peka dalam memilah, mana yang bisa masuk untuk diri kita dan kita anut. Kita harus punya pedoman dan pegangan nilai dan prinsip untuk menghadapi itu semua. Salah satu cara paling ampuh supaya kamu tidak mudah jadi baper adalah punya pegangan nilai dan prinsip yang jelas. Saat orang mungkin bicara sesuatu tentang kamu, namun itu tidak benar dan tidak sesuai dengan prinsipmu, kenapa harus baper? Prinsip dan nilai bisa melindungi dirimu agar kamu tidak memasukkan semuanya kedalam hati dan jadi baper. Ini berfungsi sebagai pintu gerbang dan pegangan, mana yang perlu kamu beri perhatian dan mana yang tidak.

Dua: jangan terlalu anggap serius semuanya. Kerap orang mengatakan sesuatu tentang kamu karena mereka tidak punya gambaran lengkap tentangmu. Perkataan mereka juga bisa bersumber dari penderitaan dan rasa insecure mereka sendiri. Maka, jangan semuanya dianggap serius dan dimasukkan kedalam hati. Belajarlah untuk tidak memutlakkan perkataan mereka, namun menyadari bahwa semua perkataan orang sifatnya relatif. Pujian orang juga relatif dan jangan ditelan mentah-mentah sehingga membuatmu jadi lupa daratan, begitu pula kritik orang lain sehingga membuatmu menderita. Terima sewajarnya.

Tiga: berhenti marah dan terobsesi pada semua yang tak bisa kamu ubah. Orang-orang tertentu yang selama ini membuatmu baper, memang sudah sifat mereka seperti itu yang tidak bisa diubah. Daripada terus-menerus dibuat frustrasi, belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Hatimu jadi jauh lebih tenang. Arahkan saja fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan dan kembangkan. Pekerjaanmu. Hubungan dengan orang-orang terdekat yang kamu sayangi. Hubungan dengan orang-orang berkualitas yang bisa membuatmu maju. Tugas dan tanggung jawabmu sehari-hari. Ini membuat pikiranmu jadi lebih disibukkan oleh urusan yang lebih penting. Kamu jadi tak punya waktu lagi untuk baper.

Empat: belajar legowo. Ini sulit. Tapi mintalah bantuan rahmat Tuhan untuk membisakan kamu. Karena kamu sendiri yang akan memetik manfaat terbesar. Memang terkadang dan dalam artian tertentu, kamu tidak bisa mengubah keadaan dan harus menghadapi realita yang tidak mudah. Penderitaan tak selalu bisa dihindari. Belajar berlapang dada (legowo) bisa sangat mendewasakan kamu. Kamu pun naik level dan tidak baperan lagi dengan situasi dan orang-orang tertentu. Memang begitulah cara kehidupan berjalan. Kita tidak selalu bisa memilih “realita” kehidupan kita. Bersikap legowo dalam menerima realita yang tidak mudah adalah pertanda dari kebesaran jiwa.

Lima: fokus pada passion dan tujuan hidup yang ingin kamu capai. Ini cara yang paling ampuh. Jangan habiskan hidupmu dengan berlarut-larut terjebak dalam sikap baper. Fokuskan terus pada kemajuanmu dan pengembangan potensimu. Fokuskan pada orang-orang yang ingin kamu bantu lewat pekerjaanmu. Jangan biarkan hidupmu rusak akibat baper berkepanjangan. Kamu punya tujuan hidup yang lebih penting dan besar. Kamu punya impian. Ada orang-orang yang lebih membutuhkan bantuanmu. Fokus saja pada mereka. Mengerjakan tugas-tugas dan tanggung jawabmu setiap hari adalah bagian dalam penggenapan tujuan hidupmu.

Enam: jangan ikut-ikutan jadi tukang gosip. Jangan terus memelihara bapermu lewat bicara buruk tentang orang-orang yang membuatmu menderita, dibelakang mereka. Kamu tidak banyak meraih kemajuan lewat cara seperti ini. Cara yang lebih tepat adalah mendiskusikan dengan orang yang kamu percaya dan cukup kompeten tentang bagaimana mengolah bapermu. Ini jauh lebih konstruktif dibanding terus membicarakan keburukan orang lain. Ini hanya mengotori hatimu sendiri dan membuat bapermu tak kunjung hilang.

Tujuh: lebih mengasihi diri sendiri. Apa pun keadaanmu, selalu akan ada orang yang kata-katanya tidak enak didengar. Kamu sedang terpuruk, orang akan bicara buruk. Kamu sudah sukses, juga ada orang bicara buruk. Social judgement selalu ada selama kita masih hidup. Daripada jadi baper karena omongan mereka, belajarlah untuk merawat hatimu dengan mengasihi diri sendiri. Kamu berharga dan bernilai apa pun yang orang lain katakan tentangmu. Kamu berbuat baik pada diri sendiri saat mengasihi diri sendiri. Biarlah ini terus ada secara laten dalam kesadaran.

Delapan: belajar berempati dan memaafkan. Ini yang terpenting dan sekaligus yang tersulit. Saat baper, obat paling ampuh adalah memaafkan orang yang membuatmu baper. Belajarlah berempati dengan keadaan orang lain. Mengapa mereka sampai berkelakuan seperti itu, tentu ada alasannya. 


Kamu sebenarnya lebih pantas kasihan pada mereka dan bukan dibuat baper. Memaafkan sangatlah menyembuhkan dan membuat hatimu terbebas dari baper. Jika kamu sudah sampai pada taraf memaafkan dan berempati, ini artinya kamu sudah naik level dan patut diacungi jempol. Selamat ya…

Meski tidak enak, baper ternyata adalah jalan menuju kedewasaan rohani yang lebih tinggi. Sebisa mungkin belajarlah untuk cuek secara positif. Semoga kamu berhasil…

Penulis: Boni Sindyarta

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

Menginspirasi, mendidik dan menghibur…

Tuesday, October 1, 2019

Ternyata Sifat Cuek Bisa Memberimu Banyak Keuntungan, Ini 8 Buktinya



Orang yang punya sifat cuek kerap diidentikkan dengan orang egois. Karena mereka nampaknya kurang peduli dengan lingkungan. Orang cuek mungkin akan mendapat teguran dan kritik dari lingkungan karena mereka dinilai kurang peka dan terlalu acuh. Namun sebenarnya sifa cuek tak selalu buruk, malah kamu yang punya sifat cuek bisa menganggap dirimu beruntung. Coba kita simak bukti-buktinya.

Satu: tak terjebak dalam keributan. Dalam kancah pergaulan, sering terjadi banyak drama dan keributan. Ada saja versi drama yang baru dimana orang jadi baper dan sakit hati. Tapi orang cuek bisa mengambil jarak dari semuanya ini. Dia lebih memilih untuk fokus dengan urusannya sendiri. Orang cuek bukannya tak peduli dengan lingkungan, namun ia cukup bijak untuk masuk kedalam urusan drama orang lain.

Dua: tidak membiarkan diri jadi korban tren. Anak-anak gaul yang serba ikut trend adalah mayoritas dijaman kini. Namun orang cuek itu beda. Dia lebih memilih gayanya dan seleranya sendiri. Dia bukan tipe orang yang senang ikut-ikutan tapi memilih apa yang ia rasa cocok untuknya. Ia merasa lebih nyaman dengan kondisinya sekarang dan tidak mau dibuat pusing soal tren.

Tiga: lebih damai. Karena tidak ikut campur dengan drama-drama kehidupan orang lain, orang cuek hidupnya juga lebih bebas konflik dan lebih damai. Orang cuek tidak mau mengorbankan ketenangan dan kedamaian ini demi rasa ingin tahu keinginan ikut campur terhadap drama dan urusan konflik orang lain. Orang cuek menikmati kedamaian ini dan merasa hidupnya sudah cukup dengan ini.

Empat: kurang beban dan bisa tersenyum. Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, karena tidak membiarkan pikirannya dibuat ruwet oleh drama dan ulah orang lain, orang cuek juga hidupnya lebih ringan beban dibanding orang yang hidupnya penuh dengan drama dan konflik. Ia lebih mudah tersenyum bisa bisa lebih fokus untuk membangun hidupnya.

Lima: lebih punya waktu untuk menekuni passion. Karena pikirannya tak tersita oleh urusan-urusan yang tak perlu, orang cuek lebih punya waktu untuk menekuni apa yang menjadi minat dan passionnya. Orang cuek lebih fokus untuk mengembangkan potensinya dan kelebihannya. Ia tidak mau arah hidupnya ditentukan oleh orang-orang sebenarnya tak pantas mendapatkan porsi perhatian yang berlebihan. Hidupnya ia isi dengan hal-hal yang berhubungan dengan passion dan kebutuhan orang-orang terdekat.

Enam: sulit terkena pengaruh negatif. Karena orang cuek juga ada tendensi untuk tidak terlibat, maka dengan sendirinya ini membuatnya tidak mudah terkena pengaruh negatif dari lingkungan. Dijaman kini pengaruh negatif makin marak dan merasuk ke segala aspek kehidupan. Pengaruh negatif yang mungkin masih belum begitu dikenal beberapa abad silam sekarang menjadi konsumsi banyak orang. Namun orang cuek tidak terlalu terpengaruh dengan itu semua karena ia tahu pengaruh mana yang lebih baik dan bermanfaat bagi hidupnya.

Tujuh: hidup dengan ritme sendiri. Kita hidup diabad dengan ritme kehidupan yang cepat. “Siapa cepat dia dapat,” mungkin semakin berlaku dijaman kini. Namun orang cuek tahu bahwa dengan ritme wajar yang ia pilih, ia bisa memposisikan hidupnya secara seimbang dan dengan takaran yang wajar pula. Ia tidak membiarkan keseimbangan hidupnya rusak oleh tuntutan ritme cepat abad modern. Menyesuaikan diri sewajarnya namun tidak hanyut dalam ritme cepat itu adalah gaya hidup orang cuek.

Delapan: tahu apa tujuan dan makna hidupnya. Karena tidak terjebak dalam budaya ikut-ikutan, orang cuek jadi lebih bisa merenungkan dan menentukan sendiri hal-hal apa yang penting baginya. Ia tahu apa yang menjadi impian dan tujuan hidupnya. Ia tahu nilai-nilai hidup apa yang ia anggap penting. Ia tak merasa perlu membuktikan ini semua pada orang lain. Ia tahu bagaimana mengisi dan menjalani hidupnya dengan makna. Makna dan impian yang ia temukan dari hasil permenungan, dan ia menjalani hidupnya sesuai itu dengan tenang tanpa paksaan.

Kesimpulan

Kamu tak perlu pergi ke puncak gunung atau masuk jauh kedalam hutan untuk bertapa dan menjadi orang cuek. Kamu ada diposisi dan tempat hidupmu sekarang ini karena Tuhan punya maksud untukmu. Yang penting menemukan keseimbangan antara sikap cuek dan peduli lingkungan. Cukup cuek untuk damai dengan diri sendiri dan cukup peduli tanpa menjadi hanyut dan dibuat pusing oleh drama, motif dan konflik orang lain.

Ujung-ujungnya kamu yang menentukan hidupmu dan nilai-nilaimu sendiri. Kamu yang menentukan bagaimana mau menjalani hidupmu serta makna dan impian apa yang mau kamu kejar.

“Belajar untuk hidup sederhana akan mengajarkan kepada kita untuk lebih mensyukuri semua yang telah didapatkan.”- Muhamad Agus Syafii

Penulis: Boni Sindyarta

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

Menginspirasi, mendidik dan menghibur…