Wednesday, September 12, 2018

The Hate Study



Pada tahun 2008, Semir Zeki dan John Paul Romaya meneliti tentang apa yang terjadi di otak ketika seseorang membenci. Pertama-tama, mereka memperlihatkan pada orang yang diteliti gambar seseorang yang netral, lalu gambar seseorang yang mereka benci. Otak mereka dihubungnkan dengan MRI, untuk melihat bagian mana otak yang bekerja.

Ternyata ditemukan “sirkuit kebencian” atau “hate circuit,” yaitu bagian otak yang mendorong seseorang melakukan aksi ketika merasa agresif. Jadi ketika kita membenci, kita bersiap-siap menyerang secara fisik. Kemudian otak memproses kapan waktu yang tepat untuk bertindak. Tidak heran, orang yang membenci selalu melontarkan serangan.

Ada bagian otak lain yang ditekan atau tidak aktif ketika seseorang membenci, yaitu bagian otak yang berhubungan dengan “self awareness” (kesadaran diri) dan tertawa. Orang yang membenci jadi sulit tertawa dan lebih obsesif kompulsif. Selain itu, tubuhnya memicu produksi homon kortisol dan adrenalin. Akibatnya ia bisa bertambah berat badan, mengalami insomnia (sulit tidur), cemas, depresi, dan mengalami penyakit kronis.

Saat seseorang membenci, pikirannya akan terobsesi pada kesalahan, pelanggaran dan perlakuan orang yang ia benci dilakukan terhadap dirinya, sehingga ia membenci orang tersebut. Pikirannya akan mengingat kejadian negatif yang terjadi dengan orang yang ia benci dan otak melakukan analisa tentang kejadian serta perlakuan orang yang ia benci sehingga menghasilkan penafsiran yang membuatnya marah dan benci.

Selain itu, orang yang membenci pikirannya akan terus berusaha memprediksi tindakan yang akan dilakukan oleh orang yang ia benci, sebagai cara untuk memproteksi diri. Namun hal ini malah merugikan dirinya, karena mengakibatkan kecemasan berlebihan, kegelisahan, bahkan paranoia.

Jadi lebih berat mana: mengampuni atau membenci? Lebih menguntungkan mana: mengampuni atau membenci. Mungkin banyak orang akan berpikir lebih berat mengampuni, apalagi jika tindakan dan perlakukan orang lain telah merugikan dirinya selama bertahun-tahun, dan dianggap kelewat batas. Namun kalau Anda ingin melupakan seseorang atau sebuah kejadian, jangan membenci orang itu, karena semua yang dibenci malah akan terukir semakin dalam di hati Anda. Bila Anda ingin melupakan dan menjalani kehidupan positif dan bahagia, serta move on untuk membangun hidup dan masa depan Anda, ampuni orang itu, lepaskan dan relakan. Hidup Anda akan lebih bahagia dan tubuh Anda akan lebih sehat.

Mungkin bisa membantu jika Anda sungguh-sungguh menyadari bahwa perlakuan buruk orang terhadap Anda bukanlah penentu siapa diri Anda namun lebih merupakan cerminan dari siapa mereka, diri Anda tetap layak seperti semula dan nilai diri Anda tak berkurang sedikit pun.

Memang membaca artikel di atas lebih mudah dibanding menerapkannya dalam hidup Anda. Namun Anda pasti bisa jika Anda berusaha dengan tekun, karena pengampunan adalah sebuah proses.

“Saya tidak mengijinkan orang untuk menurunkan derajat jiwa saya dengan membuat saya membencinya. 
- Booker T. Washington” 

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

Come visit us at www.house-of-the-light.com

No comments:

Post a Comment