Tuesday, November 27, 2018

Kisah Budhis: Seorang Pria dan Empat Orang Istri




Di India, menurut sistem masyarakat seorang pria diperbolehkan untuk punya beberapa orang istri. Dahulu kala, hiduplah seorang pria yang memiliki 4 orang istri. Pria ini akhirnya menjadi tua, sakit-sakitan dan menjelang ajal. Saat berbaring di ranjang kematiannya, ia merasa sangat kesepian. Maka, ia memanggil istri pertamanya lalu memintanya agar menemaninya pergi ke dunia berikutnya (dunia orang mati).

Ia berkata, “Istriku sayang, sepanjang hidupku aku telah menyayangimu. Aku menyayangimu siang dan malam. Aku telah merawat engkau sepanjang hidupku.” “Sekarang aku akan mati…maukah engkau menemaniku ke mana aku pergi?” Pria ini berharap istri pertamanya menjawab, “Ya.” Namun ternyata istrinya malah menjawab, “Suamiku, aku tahu engkau selalu menyayangiku. Sekarang kau akan mati. Sudah waktunya kita berpisah. Selamat tinggal, sayang.”

Pria ini kemudian memanggil istrinya yang kedua dan memohon padanya agar mengikutinya ke alam kematian. Ia berkata, “Istriku sayang, kau tahu betapa aku mengasihimu. Selama ini kadang-kadang aku takut engkau akan meninggalkan aku. Maka aku menjagamu erat-erat.” “Sayangku, mari pergi bersamaku.” Namun istri keduanya ini menjawab dengan nada dingin, “Suamiku sayang, istri pertamamu telah menolak untuk menemanimu setelah kematianmu.” “Mana mungkin aku mengikutimu? Engkau mengasihiku hanya demi kepentinganmu sendiri.”

Setelah itu, masih tetap berbaring di ranjang kematiannya, pria ini memanggil istri ketiga, untuk mengajaknya mengikuti dia. Istri ketiganya ini menjawab, “Sayangku, kasihan kau dan kasihan diriku juga. Maka, aku akan menemanimu hingga ke liang kubur.” “Ini tugasku yang terakhir.” Jadi ternyata istri ketiga juga menolak untuk menemani pria ini ke dunia lain.

Tiga orang istri telah menolak untuk menemani pria ini ke dunia lain.

Lalu pria ini teringat bahwa ia masih punya satu orang istri lagi. Istri keempat, yang selama hidupnya kurang ia jaga dan rawat. Ia memperlakukan istrinya ini bagai seorang budak dan kerap memperlihatkan rasa tidak senangnya padanya. Ia berpikir, kalau ia mengajak istrinya yang keempat ini ke dunia seberang, pasti istrinya ini menolak. Namun rasa kesepian dan ketakutannya menjadi sangat kuar, sehingga ia akhirnya mencoba memanggilnya dan mengajaknya ikut ke alam kematian.

Ternyata istri keempatnya ini dengan senang hati menerima ajakan suaminya. Ia berkata, “Suamiku, aku akan ikut pergi bersamamu.” “Apa pun yang terjadi, aku bertekad untuk terus bersamamu selamanya. Aku tidak bisa berpisah darimu.”

Inilah kisah “Seorang pria dengan empat orang istri.”

Budha Gautama menutup dan menyimpulkan kisah ini sebagai berikut:

“Setiap pria dan wanita yang hidup di dunia ini mempunyai empat orang suami atau istri. Mereka melambangkan apa saja?”

Istri pertama: istri pertama adalah tubuh. Siang dan malam kita menyayangi tubuh kita. Di pagi hari, kita memberi tubuh kita pakaian dan menyiapkan tubuh ini agar tampil baik sepanjang hari. Kita merawat tubuh kita seperti merawat istri pertama didalam kisah ini. Namun nyatanya, istri pertama kita tidak bisa mengikuti kita ke dunia lain. Tubuh kita harus kembali lagi ke bumi ke tempat asalnya.

Istri kedua: istri kedua mewakili hal-hal yang bersifat materi yang kita punya, seperti properti, kemashyuran, kedudukan, dan uang. Kerap kita takut kehilangan hal-hal ini dan ingin memiliki lebih banyak. Namun diakhir hidup kita, kita tak punya pilihan selain melepaskan itu semua. Usaha untuk mempertahankan dan mencengkeram itu adalah ego.

Istri ketiga: percaya atau tidak, istri ketiga adalah relasi kita dengan keluarga dan masyarakat. Meski mereka sedih dengan kepergian kita, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Pelajaran yang dapat kita petik disini adalah: kita tak bisa membawa tubuh, kekayaan, atau keluarga kita di penghujung hidup kita. Kita lahir sendirian dan kita mati juga sendirian.

Istri keempat: satu-satunya “istri” yang mengikuti kita ke alam kematian adalah istri keempat. Istri keempat mewakili benak (pikiran) kita. Saat kita mati, kita membawa semua kebahagiaan, kegembiraan, kemarahan, kepahitan, keserakahan, belas kasih, empati, iri, ketakutan, dan masih banyak lagi yang ada di pikiran kita bersama kita.

Perasaan-perasaan negatif adalah karma yang harus dilepaskan (di-let go), entah di dunia ini atau di dunia berikutnya.

Istri keempat berkata pada suaminya yang sedang menjelang ajal, “Aku akan mengikutimu ke mana saja engkau pergi.” 

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

For more information & benefit, please visit us at www.house-of-the-light.com



 

No comments:

Post a Comment