Tuesday, July 16, 2019
Rahasia Cara Mengembangkan Kapasitas Belas Kasih
Ada sebuah cerita yang sangat singkat. Sebuah pelajaran tentang belas kasih. Suatu hari ada seorang pria sedang duduk bermeditasi. Tiba-tiba, ada pria lain melemparkan batu kepadanya. Batu ini mengenai kepalanya. Tentu saja meditasinya jadi terganggu. Pria ini pun marah. Ia begitu marah sehingga tak bisa melanjutkan meditasinya. Maka, hari berikutnya ia pergi untuk membicarakan kejadian ini dengan gurunya. Dengan pembimbing spiritualnya. Sang guru berkata, “Aku bisa mengerti kenapa kau marah.” “Tapi kenapa kau marah kepada sebuah batu?” “Batulah yang mengenai kepalamu. Bukan orang itu.” Tapi pria itu menjawab, “Batu itu hanya benda mati. Tapi tenaga yang membuat batu itu melayang dan mengenai kepalaku berasal dari orang itu.” “Jadi aku marah pada orangnya, bukan batunya.”
Guru itu lalu berkata lagi, “Kalau kita mau pakai logika. Seharusnya kamu juga tak perlu marah pada orang itu.” “Tenaga yang menyebabkan orang itu melemparkan batu tadi dan mengenai kepalamu. Bersumber dari penderitaannya.” Jadi jika kamu mau melihat jauh kedalam. Kedalam dirinya. Kamu akan melihat kesedihan-kesedihan dan penderitaan-penderitaannya. Kemarahanmu akan lenyap. Kamu tidak marah lagi padanya. Malah kamu akan kasihan dan berbelas kasih.” “Maka, anutlah cara berpikir seperti ini. Ini akan membantumu mengembangkan kapasitas untuk berbelas kasih pada orang lain. Pada orang-orang yang kamu anggap sudah melukaimu.”
Mengembangkan kapasitas berbelas kasih memang tidak mudah. Apalagi pada orang-orang yang kamu marah dan tidak suka padanya. Namun bantuan rahmat Tuhan selalu tersedia dan tak pernah habis. Manfaatkan itu baik-baik. Kapasitas kita untuk berbelas kasih, mirip dengan kapasitas kita untuk melakukan angkat beban.
Mungkin awalnya kamu hanya bisa menahan beban berat selama lima detik. Namun dengan latihan lambat laun kamu bisa melakukannya 10 detik. Dan semakin lama kamu berlatih, kamu bisa semakin lama menahan dan mengangkat beban lebih berat, lebih lama. Kapasitas itu juga berlaku dalam hal belas kasih pada orang lain.
Mungkin awalnya kamu hanya sanggup mentolerir pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan kecil dari orang lain. Tapi kehidupan tidak selalu berjalan dengan teratur dan rapi, serta bisa diramalkan. Bisa terjadi kapasitasmu untuk berbelas kasih masih belum cukup berkembang untuk menerima pelanggaran yang kamu anggap sangat parah dan sulit diterima serta ditolerir, namun itu terjadi. Pelanggaran-pelanggaran yang cukup berat, berat, atau bahkan sangat berat [menurut penilaian kita, dengan ikut menyertakan sejarah penderitaan kita sendiri]. Ini dapat dianalogikan dengan beban berat yang harus kita pannggul. Kita angkat. Disinilah kita mendapat kesempatan untuk mengembangkan kapasitas berbelas kasih.
Jika kamu cukup bisa melihat. Cukup jeli melihat. Kamu akan melihat bahwa perbuatan, sikap dan perkataan orang itu bersumber dari penderitaan yang ada didalam dirinya. Bersumber dari rasa insecure (rasa tidak aman). Kamu akan melihat bahwa ia punya sejarah penderitaan dibalik perbuatannya. Semoga saja ini bisa membantumu meredakan amarahmu dan rasa tidak suka padanya. Meski mungkin saja tetap tidak semudah itu. Jika mengingat kerusakan yang telah ia timbulkan. Kamu mungkin merasa dirimu menjadi korban. Kamu mungkin merasa dirimu dikorbankan demi kepentingan dan ego seseorang. Namun kamu tidak perlu terus ada di posisi sebagai korban. Caranya adalah mengembangkan kapasitas berbelas kasih. Disini kamu menjadi subyek yang berbelas kasih dan tidak lagi menjadi obyek kejahatan orang yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Mungkin kamu berpikir: yah, berbelas kasih itu mungkin hanya semacam mekanisme pertahanan diri psikologis karena kalau kita mau jujur, sebenarnya orang yang menjahati itu lebih kuat dan punya power dibanding kita, jadi kita memang tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin kalau dicari-cari dan mau jujur memang ada benarnya seperti itu. Namun pilihan untuk berbelas kasih tetap masih lebih baik dibanding memendam kedengkian dan kepahitan pada orang yang telah menjahati dan lebih kuat, yang selalu memposisikan dirinya lebih tinggi dan unggul dibanding kita. Kehendak bebas sebenarnya masih tetap berfungsi disini, meski mungkin kurang kamu sadari. Kamu tetap ada diposisi untuk bisa memilih. Dan memilih untuk berbelas kasih, meski katakan saja ini adalah mekanisme pertahanan diri psikologis karena sebenarnya kita tidak bisa berbuat apa-apa, tetap adalah pilihan yang masih lebih baik dibanding menyimpan kepahitan yang berkepanjangan dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Mengembangkan kapasitas berbelas kasih pada orang-orang yang telah melukai kita adalah hasil dari upaya manusia dan bantuan rahmat Tuhan. Jika kita mengandalkan kekuatan kemampuan dan niat semata tanpa bantuan rahmat Tuhan, maka jalan yang kita tempuh akan jauh lebih berat dan sulit. Mengembangkan kapasitas berbelas kasih adalah suatu proses. Salah satu tujuan dari kehidupan kita didunia. Untuk alasan inilah kita diciptakan. Maka, mohonlah bantuan rahmat Tuhan untuk mengembangkan kapasitas berbelas kasih pada musuh-musuh kita, untuk semakin memurnikan hati dan jiwamu. Kita bisa sungguh bisa memetik banyak pelajaran dari Guru yang lemah lembut dan rendah hati dalam urusan mengembangkan kapasitas berbelas kasih ini.
Semua orang diam-diam menyimpan kesedihan dan penderitaan didalam hatinya. Menyimpan rasa insecure. Kita tidak mungkin bisa tahu dan mengerti seluruh isi hati orang. Kita tidak mungkin tahu seluruh rahasia sejarah orang. Masalah terjadi saat sejarah penderitaan kita berbenturan dengan sejarah penderitaan orang lain. Maka cukuplah kita berusaha mengembangkan kapasitas untuk mengerti dan berempati. Ini termasuk fungsi luhur di otak dan pikiran manusia. Berkembang lewat niat, usaha, belajar, pengalaman dan bantuan rahmat Tuhan.
Jika, didalam hidup kita, ada beberapa orang atau bahkan cukup ada satu orang saja yang sungguh dengan tulus hati mau dan bisa berempati dan mengerti penderitaan kita. Menyediakan telinganya untuk mendengarkan dengan belas kasih tanpa menghakimi dan menginterupsi. Kita boleh dibilang sangat beruntung. Dengan ini semoga kita bisa belajar untuk meringankan penderitaan orang lain, bukan malah justru menambah parah penderitaan mereka.
Dialihbahasakan & dikembangkan oleh Boni Sindyarta
“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"
D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat
Menginspirasi, mendidik dan menghibur…
Sumber: “How to Have More Compassion” by Sean Buranahiran – YouTube Channel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment