Monday, March 18, 2019
Pertanda Sejati dari Kebesaran Jiwa Seseorang
Ada sebagian orang yang miskin. Sangat Miskin. Sangat-sangat miskin. Begitu miskin sehingga satu-satunya yang mereka miliki adalah uang. Jika kamu ingin tahu, seberapa kaya dirimu, maka menangislah dan teteskan air mata. Lalu lihat seberapa banyak orang yang datang untuk menghapus air matamu. Teman, kekayaan sejati adalah terletak pada manusia, bukan pada uang. Kekayaan sejati terletak pada koneksi dan hubungan kita dengan orang lain. Pada relasi interpersonal kita dengan orang lain. Bukankah sering dikatakan bahwa penghasilan kita bergantung dari network kita?
Dan kalau sudah bicara soal network dan koneksi kita dengan orang lain, kita kerap punya tendensi untuk menjalin koneksi dan networking dengan orang-orang besar. Dengan orang-orang penting. Dan bukankah juga benar bahwa kita tidak mau berdekatan dengan orang-orang kecil dan kurang penting?
Bahkan ini juga berlaku dalam permainan catur. Kita beridentifikasi dengan bidak ratu atau raja. Atau menteri atau kesatria. Atau kuda. Namun kita kurang peduli pada pion-pion yang kecil. Siapa yang mau memerankan dirinya menjadi pion yang kecil dan tak berarti? Namun bahkan pion-pion kecil ini punya peran penting di jajaran depan. Mereka ikut berperan dalam permainan untuk memberi kemenangan pada si pemain.
Maka, entah itu dalam permainan catur atau dalam permainan kehidupan, jika kita ingin meraih kemenangan dan kesuksesan, kita harus membina koneksi dengan orang-orang dari semua level. Mulai dari level tertinggi hingga yang terendah. Kita harus membina koneksi, network, dan relasi interpersonal dengan semua orang.
Simak kisah berikut ini: ada sekelompok ilmuwan yang terdiri dari 70 orang sedang mengerjakan proyek. Mereka dikejar deadline. Semua ilmuwan ini ada di bawah tekanan. Beban kerja mereka sangat padat dan harus merampungkan pekerjaan sesuai deadline. Mereka semua menghadapi kesulitan, namun tetap loyal pada atasan mereka. Mereka pun terus bekerja.
Lalu, pada suatu pagi hari, salah seorang ilmuwan tersebut mendatangi kamar kerja si atasan dan berkata, “Nanti sore ada pameran, dan aku sudah berjanji pada anak-anakku untuk mengajak mereka ke sana. Bolehkah aku pulang lebih awal, pukul 16.30?”
Si atasan berkata bahwa mereka semua sedang bekerja keras mengejar deadline, “Tapi karena kamu sudah terlanjur berjanji dengan anak-anakmu, kau boleh pulang pukul 16.30.” Ilmuwan ini sangat gembira. Ia kemudian bekerja di ruang kerjanya, ia terus bekerja, sampai akhirnya ia melihat jam tangannya dan karena perhatiannya begitu tercurah pada pekerjaanya, ia melihat bahwa saat itu ternyata sudah pukul 20.30.
Ia diliputi oleh rasa bersalah karena telah berjanji pada anak-anaknya untuk mengajak mereka melihat pameran. Namun ternyata ia tidak pulang pukul 16.30. Ia kemudian pergi ke ruang kerja atasannya, namun melihat bahwa ruangan itu telah kosong. Ilmuwan ini kemudian berkemas dan pulang ke rumah.
Istrinya sedang duduk di ruang tamu dan membaca majalah. Ilmuwan ini tahu bahwa situasinya sedang gawat. Apa pun yang ia katakan bisa memicu pertengkaran. Namun istrinya memandangnya dan berkata, “Kau mau minum kopi dulu atau langsung makan malam?” “Minum kopi dulu kalau kau tidak keberatan,” jawabnya. “Tapi, anak-anak ke mana?”
Istrinya menjawab, “Pukul 17.15 tadi atasanmu datang kemari dan membawa anak-anak nonton pameran.”
Sebenarnya yang terjadi adalah: pukul 17.00 si atasan menengok kamar kerja ilmuwan ini dan melihat bahwa ia sedang begitu tercurah pada pekerjaannya. Nampak jelas bahwa ia lupa waktu. Atasannya ini tahu pasti bahwa ia tak akan segera pulang. Maka ia pun ke rumah ilmuwan ini dan mengajak anak-anaknya nonton pameran.
Nah, atasannya ini tentu saja tak perlu melakukan ini berkali-kali. Komitmen yang diberikan oleh si ilmuwan yang bekerja sebagai pegawainya memang mengagumkan. Coba tebak siapa sebenarnya si atasan ini…??
Dia adalah almarhum Dr. A.P.J. Abdul Kalam, mantan presiden negara India. Dialah penggagas di balik proyek riset luar angkasa dan proyek pembuatan peluru kendali di India.
Teman, kebesaran seseorang bukan artinya selalu mau berdekatan dan membina koneksi dengan orang-orang besar dan penting. Namun pertanda kebesaran yang sejati dari seseorang adalah bagaimana ia memperlakukan orang-orang kecil, lemah, miskin dan yang diabaikan oleh banyak orang dan masyarakat.
Maka, jika kita memang ingin meraih sukses, kita pantas membina koneksi baik dengan orang-orang besar maupun dengan orang-orang kecil. Kita pantas memperlakukan mereka semua dengan penghormatan, penghargaan, dan kepekaan. Kita menghargai martabat mereka semua sama sebagai manusia yang setara.
“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"
D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat
If you like this article, please support us by giving your thumbs up…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment