Friday, March 15, 2019

Kisah Kearifan: Sebuah Pelajaran dari Jam Alarm



Pernahkah kamu menyetel alarm untuk bangun tidur di pagi hari? Kamu pasti pernah melakukannya. Tentu saja ini bukan pertanyaan berapa kali kamu berhasil dan berapa kali kamu gagal bangun dengan bunyi alarm itu. Ini hanya pertanyaan berapa kali kamu sudah menyetel jam alarm kamu untuk bangun di pagi hari. Sangat menarik untuk mengamati perbedaan reaksi antar individu saat mendengar alarm mereka berbunyi. Ada sebagian orang yang masih tidur sangat nyenyak saat bunyi alarm. Mereka terbangun dalam keadaan sangat mengantuk. Orang-orang di sekitar mereka semuanya terbangun, namun mereka tetap tidur.

Di biara tempat para rahib Budhis tinggal, ada seorang rahib yang memiliki sebuah jam alarm berukuran raksasa dengan bunyi yang sangat keras. Dan di biara itu ada aturan bahwa tak seorang pun boleh membunyikan alarm sebelum pukul 4.

Namun ada seorang rahib yang membunyikan alarm pukul setengah tiga, sehingga alarmnya berbunyi terus namun ia tak kunjung bangun. Namun karena rahib-rahib lain semuanya tertidur pulas karena kelelahan dengan aktivitas hari sebelumnya, mereka tak tetap saja tak terbangun. Mereka tetap saja tidur meski alarm itu terus berbunyi.

Namun, suatu hari ada salah satu rahib yang terbangun karena suara alarm itu. Ia sangat marah kemudian mengambil jam alarm berukuran besar itu, lalu pergi ke balkon biara yang terletak di lantai dua. Dia melempar sekuat tenaga alarm itu ke arah halaman biara yang terletak menghadap biara.

Alarm itu jatuh dan membentur tanah, rusak terbelah menjadi dua keping, namun tetap berbunyi dengan nyaring. Kejadian ini membuat seluruh penghuni biara terbangun, kecuali rahib si pemilik alarm tadi.

Orang-orang semacam ini disebut: si tukang tidur.

Orang-orang tipe kedua adalah mereka yang berkata saat alarm berbunyi, “Biarkan aku tidur 5 menit lagi.” Mereka ini adalah yang menginspirasi orang penemu tombol “snooze” pada alarm. Lima menit saja lagi. Lima menit saja lagi. Kamu tentu tahu orang-orang macam ini. Namun setidaknya mereka akan bangun setelah memencat tombol “snooze” empat atau lima kali.

Orang-orang macam ini disebut: si “snoozer.”

Orang-orang kategori ketiga adalah mereka yang langsung bangun ketika alarm baru berbunyi satu kali. Namun mereka tetap duduk atau berbaring di ranjang dengan pikiran masih mengambang. Mereka bertanya dalam hati. “Siapa aku?” “Apa tujuan hidupku?” “Mengapa pula aku menyetel alarm ini?” Lalu mereka dengan nyaman kembali melanjutkan tidur mereka.

Orang-orang macam ini disebut: si “fallers”

Lalu ada jenis orang keempat, yang ketika alarm berbunyi, langsung bangun dari ranjang, berjalan ke kamar mandi, mandi dan menyikat gigi, berpakaian lalu mulai menjalani aktivitas hari itu dengan penuh semangat.

Teman, pertanyaannya adalah: kamu tergolong orang yang mana?

Orang-orang keempat disebut dengan si “wakers.”

Kebijaksanaan spiritual dapat dianalogikan dengan alarm ini. Alarm kebijaksanaan spiritual artinya terbangun/tersadar secara internal. Agar kita dapat membuat pilihan-pilihan dengan bijak.

Dan saat alarm spiritual ini berbunyi, lagi-lagi ada empat tipe orang yang reaksinya sama dengan yang disebutkan di atas.

Tipe orang pertama, adalah yang tidak mau mendengar dan terus menjalani cara hidup mereka yang lama. Mereka terus melakukan pilihan-pilihan yang keliru. Mereka tidak mau berusaha berubah.

Tipe orang kedua yang mendengar alami spiritual, mau mendengar dan mau berubah. Ingin berubah. Namun tidak hari ini. Besok-besok saja.

Tipe orang ketiga, saat mendengar kebijakan spiritual, mereka mulai hidup dengan benar dan melakukan pilihan-pilihan yang benar. Namun entah mengapa mereka kembali lagi ke cara hidup yang lama.

Dan tipe orang keempat, adalah yang saat mendengar kearifan spiritual, mereka langsung terjaga dan tersadar. Mereka mau langsung menjalani proses tranformasi.

Teman, kita harus menjadi orang tipe keempat ini untuk berubah menjadi lebih baik dan mengalami pentingkatan level spiritual. Mari kita tanggapi alarm spiritual ini dengan sikap serius sebelum semuanya terlambat dan keadaan menjadi lebih buruk.

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

If you like this article, please support us by giving your thumbs up…    


 

No comments:

Post a Comment