Friday, July 12, 2019
Belajar dari Filosofi Pohon Bambu
Mungkin kamu sudah pernah mendengar tentang kisah ini sebelumnya. Kisah Pelajaran dari Pohon Bambu. Ada analogi sebuah pohon bambu tentang kehidupan. Pohon bambu adalah pohon yang unik. Berbeda dengan jenis pohon-pohon lainnya. Kamu harus memberinya air dan pupuk selama lima tahun. Namun tak terjadi apa pun selama lima tahun. Kamu bagaikan hanya menyiram tanah. Tak terjadi apa-apa. Tak nampak ada perubahan dan pertumbuhan. Semuanya nampak sama saja. Namun ditahun kelima. Pohon bambu ini mulai tumbuh. Dan akan tumbuh setinggi 80 kaki hanya dalam periode 6 minggu.
Ini dapat dianalogikan dengan hidupmu. Dengan dirimu. Saat ini kamu mungkin sedang memperjuangkan sesuatu. Menggarap sesuatu. Mengusahakan sesuatu. Namun nampaknya usaha dan perjuanganmu tak membuahkan hasil sama sekali. Tak ada yang berubah. Semuanya sama saja.
Tapi tunggu dulu. Jangan patah semangat dan berkecil hati. Percayalah. Sesuatu jauh didalam dirimu pasti mengalami perubahan. Kamu, dirimu. Bagaikan pohon bambu itu. Kamu menggali jauh kedalam dirimu. Mengakar kuat-kuat. Dasar dirimu. Pondasi dirimu. Menjadi makin kokoh meski dari luar nampaknya tidak terjadi perubahan apa-apa.
Sesuatu yang bernilai, pasti membutuhkan waktu untuk menumbuhkannya. Dasar dirimu. Pondasi dirimu. Pondasi hidupmu. Terjadi proses pembentukan dan penguatan. Lambat laun menjadi makin kokoh. Kamu membangun hidupmu. Kamu membangun dirimu. Dari pondasi ini. Sehingga saat terjadi guncangan. Saat terjadi badai kehidupan. Kamu tidak ambruk. Kamu tetap berdiri dengan teguh.
Dalam artian tertentu, pondasi ini bisa juga berupa iman. Iman pada Tuhan dan pada diri sendiri. Kamu membangun dasar yang kokoh dahulu, sebelum kamu bisa membangun hidupmu. Dasar yang kokoh akan membuatmu tahan banting dan goncangan.
Butuh waktu lama untuk membangun dasar dan pondasi yang kokoh. Namun saat itu jadi dan terbentuk. Kamu pun tak tergoyahkan. Kamu siap menghadapi apa pun. Halangan utama dari membangun pondasi yang kokoh adalah kemalasan dan ketidaktekunan. Serta semangat suam-suam kuku. Saat kamu mau membangun sesuatu, jangan hanya bersemangat pada awalnya. Hanya bersemangat sebentar pada awalnya, namun lambat laun semangat ini kendor dan kamu pun tidak lanjut membangun pondasi. Kamu tidak setia dengan misi kehidupan yang kamu emban. Kuncinya disini adalah komitmen. Komitmen yang tak dipengaruhi oleh perasaan yang naik turun dan tidak tetap. Kadang senang kadang tidak. Kadang rajin kadang enggan. Apa pun kondisi perasaanmu. Kamu tetap setia pada komitmen. Dengan sikap seperti ini kamu bisa membangun pondasi diri yang kuat.
Untuk membangun apa pun dalam hidupmu. Untuk menekuni proyek apa pun. Untuk mengemban misi hidup apa pun. Terlebih dahulu kamu harus membentuk pondasi yang kuat. Sambil jalan pun juga bisa. Jadi ketika kamu menghadapi guncangan disepanjang jalan, kamu tidak goyah dan komitmen terpelihara dan kesetiaanmu tetap terjaga.
Pondasi diri yang kokoh tidak dibangun lewat proses yang nyaman, namun dari kesediaan bertekun setiap hari untuk menjalani prosesnya. Untuk menjadi pribadi yang bernilai, untuk mengembang misi kehidupan yang bernilai memang butuh proses yang panjang dan tidak mudah. Bersediakah kamu menjalani prosesnya?
Dialihbahasakan & dikembangkan oleh Boni Sindyarta
“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"
D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat
Menginspirasi, mendidik dan menghibur…
Sumber: “Life and a Bamboo Tree” by Sean Buranahiran – YouTube Channel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment