Monday, October 1, 2018

Cara Menyikapi Bencana Alam

bencana palu, cara memaknai bencana alam, belajar dari bencana alam

Baru-baru ini kita menyaksikan bencana alam gempa di Palu. Sudah banyak korban berjatuhan disana. Sudah ratusan orang tewas, bahkan menurut kabar terakhir di wilayah Petobo Selatan, sudah ribuan nyawa hilang karena ditelan bumi, bersamaan dengan rumah yang masuk kedalam tanah.

Bencana alam tidak saja berupa gempa, namun masih banyak yang lainnya yang tiba-tiba bisa menimpa siapa saja yang kebetulan sedang berada di wilayah terjadinya bencana tersebut. Sekarang sudah mulai musim hujan. Masyarakat mulai resah akan terjadinya bencana alam banjir.

Bencana alam dapat menyerang siapa saja, tanpa pandang bulu. Saat bencana datang menimpa kita tanpa terduga, apa yang dapat kita lakukan?

Yang dapat kita lakukan, satu-satunya yang masih ada dalam kendali kita adalah kita dapat berharap dan memetik pelajaran dari musibah yang kita alami ini. Kita terus berharap ditengah ketidakpastian, ditengah-tengah kesusahan, sampai keadaan membaik. Namum bagaimana jika keadaan tidak kunjung membaik malahan memburuk, kita dapat terus berharap meskipun keadaan semakin memburuh bahkan jika apa yang terburuk terjadi. Pengharapan akan membantu kita untuk bertahan hidup dan terus mendorong kita untuk berjuang melanjutkan hidup ditengah himpitan kesusahan dan kemalangan.

Harapan kita mungkin tak akan mengubah keadaan luar yang tak kunjung membaik, namun ini akan membuat keadaan diri kita membaik di tengah keadaan yang tak kunjung membaik.

Selain berharap, kita bisa belajar dan memetik pelajaran (hikmah) dari bencana alam yang menimpa kita. Setiap orang mungkin memetik pelajaran yang berbeda-beda dalam kesusahan akibat bencana ini. Pelajaran apa yang dipetik oleh setiap orang begantung dengan masalah yang sedang ia hadapi dalam hidupnya dan dalam batinnya yang mungkin saat bencana itu melanda, masalah itu masih belum kunjung selesai.

Saat bencana melanda, kita mungkin selama ini masih memusingkan suatu perkara yang kita simpan terus di dalam hati, namun saat bencana menghantam dan hidup kita terancam, kita pun sadar apa yang sebenarnya sungguh-sungguh penting dan bernilai. Apa yang masih tersisa saat bencana itu menghantam? Apakah kita masih sempat untuk memusingkan ego pribadi dan keinginan semu yang tak kunjung terpenuhi? Keinginan apa yang masih belum bisa Anda lepaskan yang luput dari genggaman? Saat Anda berhadapan langsung dengan bencana, apa ini masih bernilai? Apa Anda masih sempat untuk memusingkan itu?

Daripada memusingkan pikiran untuk perkara yang tak kunjung beres, kita bisa mengalihkan fokus pada apa yang masih bisa kita lakukan untuk orang-orang disekitar kita. Ini lebih berguna bagi mereka dibanding bagi kita sendiri. Apa lagi yang mau kita sombongkan? Apakah kita masih mau bersikukuh melindungi ego pribadi?

Do something for others tanpa terlalu memusingkan keselamatan dan kepentingan kita sendiri, setidaknya untuk periode kritis, hingga situasi membaik.

Saat hidup kita terancam dan berada di ujung tanduk, kita akan menyadari apa yang sungguh-sungguh penting dan bernilai bagi kita. Ego kita sudah tidak bernilai lagi.

Saat bencana menghantam, pelan-pelan kita bisa mulai membuka telinga dan menumbuhkan kesadaran, “Tuhan mau bicara apa disini?” “Apa yang bisa kuperbaiki dari cara hidupku selama ini?” “Adakah yang bisa kulakukan untuk orang lain dan tidak cuma memikirkan diri sendiri saja?” “Bagaimana setelah bencana ini berlalu aku mau mengubah sikap dan cara hidupku?”

Bukan mustahil ada orang yang sebelum terjadinya bencana menjalani kehidupan yang kosong, namun saat bencana menghantam ia bergerak keluar dari fokus pada dirinya demi melakukan sesuatu untuk orang lain, sehingga setelah bencana berlalu ia berubah dan menjalani kehidupan yang bermakna. Sesuatu yang tak ia alami jika seandainya bencana tidak menimpa.

Jangan biarkan bencana berlalu dengan sia-sia dan menghancurkan kita, namun biarlah itu menjadikan jiwa kita semakin kuat dan membuat kita belajar untuk lebih dewasa. Biarlah itu semakin mendekatkan kita pada Tuhan dan membuat kita semakin menghargai kehidupan.

Jangan membiarkan penderitaan membuat Anda mengutuki keadaan, namun biarlah penderitaan itu memberkati Anda dan semakin memampukan Anda terampil memaknai kehidupan.

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

Come visit us at www.house-of-the-light.com

No comments:

Post a Comment