Thursday, February 7, 2019
Kisah Kearifan: Ubin dan Patung Marmer
Di tengah-tengah sebuah kota yang indah, berdirilah sebuah museum. Ubin museum ini dipasangi lempengan-lempengan batu marmer yang indah. Dan persis di tengahnya nampak berdiri sebuah patung marmer yang indah sekali. Banyak orang di seluruh dunia yang mengunjungi museum ini mengagumi keindahan patung ini. Mereka berdiri di dekat patung, menginjak-injak ubin di bawahnya. Pada suatu malam, salah satu ubin di dekat patung berkata, “Hei patung. Kita sama-sama berada dari daerah yang sama. Kita diambil dari tambang batu yang sama. Diangkut dengan kereta yang sama. Dan dipahat oleh pemahat yang sama. Lalu kenapa orang banyak dari seluruh penjuru dunia datang dan menginjak-injak saya, sedangkan mereka mengagumi dan memuji-muji engkau. Bukankah ini sungguh tak adil?”
Patung itu kemudian menjawab, “Temanku, ubin. Tidakkah kau ingat bahwa kita diletakkan berdampingan di bengkel pematung? Tidakkah kau ingat bahwa si pematung lebih mengutamakan engkau, dia mengerjakan engkau lebih dulu? Ia menggunakan perangkatnya untuk mulai memahatmu. Ia ingin membuatmu menjadi sebuah mahakarya. Namun engkau menolak dibentuk. Kau jatuh dan mau menuruti maumu sendir...” “Tentu saja aku ingat itu semua,” jawab si ubin. “Aku benci pada si pematung itu.” “Kok dia tega-teganya menggunakan pisau pemotong batu yang tajam itu. Rasanya sangat menyakitkan. Sangat melukai.”
Patung itu menjawab lagi, “Benar, kalau kau tidak tahan dengan rasa sakit karena pisau pemotong dan alat pahat, dia memutuskan untuk berhenti dan tidak mau menggarapmu lagi. Lalu ia mulai menggarapku. Ia menaruh harapan padaku. Aku tahu, bahwa jika aku memang ingin dibentuk jadi lebih baik, aku harus mau menahan rasa sakit. Maka, bukannya menolak dan memberontak lewat menjatuhkan bagian-bagianku, aku bersedia menahan sakit saat si pemahat melakukan pekerjaannya padaku, untuk membentukku jadi lebih baik dan menaikkan nilaiku.”
“Temanku, dalam kehidupan ini semua ada harganya. Karena kau memutuskan untuk tidak menjalani prosesnya dan berhenti di tengah jalan, sekarang kau tidak bisa menyalahkan jika orang-orang itu menginjak-injak engkau. Kehidupan itu bagaikan si pematung dulu, ia mau membentukmu menjadi sebuah maha karya. Ia memberimu kesempatan. Dan kesempatan selalu tidak datang dua kali. Namun jika kau menolak kesempatan yang diberikan, ia tidak punya pilihan selain mengarahkan perhatiannya pada batu lain yang lebih mau dibentuk dan pantas mendapat fokusnya dan tenaganya...”
Pelajaran dari kisah ini: temanku, bersabarlah jika sekarang hidup rasanya menyakitkan dan tidak adil, karena Tuhan dan kehidupan sedang membentukmu menjadi lebih baik. Pasti ada seribu satu macam pikiran tentang ketidakadilan yang terjadi dalam hidup kita. Bagaimana orang memperlakukan kita tidak pantas. Sebenarnya Tuhan sedang memberimu kesempatan untuk tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih baik. Ini adalah ujian. Memang rasanya sakit dan tidak enak. Tapi maukah kamu menjalaninya dengan tekun dan sabar, sampai prosesnya selesai? Setiap pukulan? Setiap masalah? Setiap kegagalan? Setiap penderitaan yang kamu alami? Setiap hinaan? Setiap ketidakadilan? Itu semua akan meninggikan nilaimu dan posisimu dalam kehidupan. Apakah kau mau dibentuk dan jadi lebih kuat oleh Tuhan dan kehidupan atau kamu menolak dan hancur berantakan? Lalu akhirnya hanya jadi ubin yang diinjak-injak orang?”
“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"
D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat
For more information & benefit, please visit us at www.house-of-the-light.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment