Friday, March 29, 2019

Cara Memilih Karir yang Tepat by Dan Lok



Banyak orang bertanya, bagaimana cara memilih karir yang tepat. Memilih karir yang tepat bisa jadi adalah salah satu keputusan terpenting yang bisa kamu buat untuk hidupmu. Karena jika kamu memilih karir yang salah, kamu akan membuang-buang banyak waktu. Mungkin bahkan sampai bertahun-tahun. Mungkin kamu memilih jurusan kuliah yang bukan pilihanmu sendiri tapi karena pilihan orangtua atau ikut-ikutan teman. Setelah kamu lulus, kamu merasa tidak cocok dengan bidang pekerjaanmu. Sementara itu waktu terus berjalan dan kamu pun kehilangan banyak waktu.

Maka, ijinkan saya membagikan pengalaman saya soal pemilihan karir. Mula-mula, saya tidak pernah membayangkan bakal punya karir. Saya hanya ingin bisa mencari uang untuk menafkahi ibu saya. Karena saat itu usaha ayah saya bangkrut dan ia dililit hutang sangat besar. Ia tak bisa lagi menafkahi kami berdua. Saya anak satu-satunya. Maka, saya hanya ingin bisa memberi ibu saya uang. Boro-boro punya karir. Bisa dapat kerjaan saja sudah bagus. Saya tidak mau pusing memikirkan apa panggilan hidup saya. Saya hanya ingin bekerja cari uang, agar kami bisa makan.

Lalu, singkatnya sekarang saya punya pekerjaan terbaik di dunia yang bisa saya peroleh. Saya bisa bekerja kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja menurut keinginan saya. Sekarang dengan pekerjaan dan karir sebagai global educator, hidup saya bisa berdampak bagi banyak orang. Ini bukan cuma soal materi, tapi jauh lebih dari itu.

Dulu, saya tak pernah punya impian seperti ini. Maka, maka nasihat pertama yang ingin saya berikan padamu adalah, jika usiamu masih muda dan belum menemukan kepastian tentang karir apa yang cocok, maka mungkin kamu masih belum cukup mencoba banyak hal.

Sama seperti olah raga, bagaimana kamu tahu jenis olahraga yang cocok untukmu jika kamu belum mencoba banyak ragam. Jika kamu sudah mencoba cukup banyak hal, akan terjadi proses eliminasi. Contohnya, saya bukan seorang pelukis yang baik. Saya tidak punya bakat seni. Itu bukan bidang saya. Jadi saya tidak mau memilih profesi di bidang seni.

Saat saya masih seorang pemuda, ayah saya menyuruh saya agar menjadi seorang pengacara. Dan saya pun berpikir. “Ya, pengacara adalah bidang saya. Saya ingin jadi pengacara.” Tapi setelah memikirkan dan sedikit mencoba, saya pun sadar bahwa itu bukan bidang saya. Jadi pilihan karir ayah saya ternyata tidak cocok.

Kemudian saya ingin menjadi seorang petugas pemadam kebakaran. Saya senang menonton film yang ada adegan kebakaran lengkap dengan para petugas pemadam yang heroik. Paman saya adalah seorang petugas pemadam kebakaran yang hebat. Sebuah profesi yang ia tekuni sepanjang hidupnya. Tapi tak berapa lama, saya juga sadar bahwa profesi ini bukan untuk saya.

Kemudian saya mencoba seni bela diri. Saya menjadi seorang instuktur seni bela diri. Saya membuka sekolah bela diri, dan saya sadar ingin menekuni bidang ini seumur hidup saya. Saya senang mengajar ilmu bela diri. Tapi masalahnya, saya tidak bisa menafkahi ibu saya dari profesi ini. Pendapatannya tidak cukup. Maka lagi-lagi ini ternyata bukan profesi yang tepat untuk saya. Dan saya masih mencoba banyak hal lain.

Saya kemudian mencoba menjadi seorang copy writer, konsultan, pembicara. Banyak sekali yang saya coba. Tapi tak pernah terbayang dalam benak saya, saya melakukan apa yang saya lakukan sekarang ini. Hanya setelah banyak lika-liku, saya akhirnya menemukan di mana tempat saya.
Jadi sangat penting kamu menemukan “di mana tempatmu.” Inilah yang saya lakukan sekarang. Di sinilah tempat saya. Kamu harus menemukan “apa yang dirimu memang diciptakan untuk melakukan nya….”

Jika untuk pilihan karir, kamu hanya mau melakukan apa yang kamu senangi. Kamu pasti mengalami kesulitan finansial. Mula-mula, kamu harus mentakel masalah keuangan. Agar kamu punya lebih banyak pilihan. Agar kamu bisa melakukan investasi. Kamu harus menghasilkan uang terlebih dulu. Dan itulah yang saya lakukan. Saya mula-mula tidak berusaha menemukan passion dan apa yang saya senangi. Saya hanya mau mencari nafkah. Jadi yang pertama adalah: profit. Pilihlah pekerjaan dan karir yang bisa memberimu profit dan penghasilan yang layak. Kamu mulai dari sini.

Dalam kultur Asia. Kultur orang Chinese. Orang Chinese tidak banyak bicara tentang passion. Mereka mau menjalani jam kerja yang panjang. Mereka ingin menghasilkan uang. Sedangkan di Amerika, yang berlaku adalah sebaliknya. Saat saya datang ke Kanada, saya mendengar orang bicara, “Aku ingin menemukan panggilanku.” “Aku ingin tahu di mana bakat dan talentaku.” Dan juga “Tidak jadi soal kalau aku kelaparan, yang penting aku menemukan panggilan hidupku.”

Tapi di Asia, orang bicara, “Lakukan apa yang harus kamu kerjakan untuk mendapay uang.” Kamu perlu tentukan sendiri mana falsalah yang mau kamu ikuti. Tapi menurut saya, mula-mula kamu harus mencari profit. Temukan apa yang bisa menghasilkan uang.

Handel dulu masalah keuangan agar kamu bisa fokus pada apa yang penting dalam hidupmu. Kehidupan memang seperti itu. Setelah kamu bisa menghasilkan uang cukup, baru kamu fokus pada passion. Idealnya kamu bisa mengombinasikan antara profit dan passion.

Contohnya, saat saya menemukan bahwa saya senang bicara dan mengajar, maka saya berusaha mempelajari dan menguasai seni berbicara dan mengajar. Ketrampilan dan kemampuan saya pun meningkat dan dengan itu saya menghasilkan lebih banyak uang lagi. Dan orang mau membayar saya lebih mahal untuk melakukannya.

Saya tidak suka memancing dan main golf. Tapi mengajar adalah hobi, passion, dan saya senang melakukannya. Ini adalah profesi yang tak kenal usia. Saya bisa bicara tanpa naskah. Karena ini memang bidang saya. Ini adalah passion saya.

Lalu coba tebak, apa yang terjadi saat kamu mengombinasikan antara passion dan profit. Kamu mendapat lebih banyak profit. Karena kamu senang melakukannya. Dan jika kamu senang melakukannya, kemampuan dan ketrampilanmu pasti meningkat.

Dan yang paling terakhir sekali, saat usia saya menginjak 30 tahun, saya menemukan panggilan dan tujuan hidup (purpose) saya. Saya menemukan “Inilah yang ingin kulakukan sepanjang hidupku.” Saat saya tahu bahwa yang saya lakukan bisa berdampak pada hidup banyak orang.

Saat ayah saya wafat, saya berkata dalam hati, “Warisan apa yang mau saya tinggalkan?” “Saya ingin orang mengenang saya dalam hal apa?” “Saya membayangkan jenazah saya terbujur di peti mati.” “Saya ingin orang mengatakan ‘Dan Lok adalah seorang sukses. Ia sangat kaya.’ Atau apa saya ingin orang mengatakan, ‘Orang ini telah mengubah hidup saya.’” Dan yang kedua inilah yang saya ingin orang katakan tentang saya. Dan itulah alasan mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan sekarang.

Saya menemukan passion, purpose dan juga profit, lalu saya kombinasikan ketiganya menjadi satu. Jika kamu bisa melakukannya, itu sangat istimewa. Kamu sungguh patut bersyukur untuk itu. Saya telah menemukan karir ideal saya. Karir saya bukan karirmu. Tapi kamu bisa memulainya dari profit. Lalu temukan apa passionmu. Saat kamu sampai pada titik di mana kamu sadar dan berpikir bahwa passion ini bisa menjadi purpose-mu (panggilan dan tujuan hidup), kamu adalah orang yang sangat-sangat beruntung.

Jika kamu hidup setiap hari, dengan menghidupi panggilan hidupmu (purpose), mengikuti passion-mu, dan kamu menghasilkan banyak profit, ini adalah kehidupan sebaik-baiknya yang mungkin kamu jalani. Itulah saran saya. Itulah yang perlu kamu lakukan. Kamu harus tentukan dan temukan sendiri. Kamu harus tentukan dan temukan sendiri jalanmu. Itulah saran saya untuk karir idealmu.

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

Terus ikuti artikel-artikel kami selanjutnya untuk wawasan dan pengembangan diri lebih banyak lagi…


No comments:

Post a Comment