Wednesday, March 27, 2019

Jangan Ikuti Passion Namun Fokus pada Market dan Bakat Talentamu




Jangan ikuti passion-mu. Ya, kamu jangan cuma mengikuti apa yang menjadi passion-mu tanpa berpikir panjang. Selama ini kamu mungkin sudah sering mendengar, “Lakukan apa yang menjadi passion-mu.” “Lakukan apa yang kamu senangi, maka uang pasti akan mengikuti.” Ini adalah falsafah Amerika. Namun dalam kultur Asia, kita tidak bicara seperti itu. Dalam kultur Asia, yang penting adalah kamu harus bekerja untuk mencari nafkah, entah itu sesuai dengan passion-mu atau tidak. Kamu tak berhak untuk bicara soal passion sampai kamu bisa mencari uang untuk menafkahi hidupmu.

Maka, ini adalah dua falsafah yang berbeda. Tidak jadi soal mana yang lebih baik. Ini memang beda. Tapi, jika kamu tidak bisa membayar tagihan-tagihanmu, jika kamu tidak bisa menafkahi keluarga. Jika kamu tidak bisa menyekolahkan anak-anakmu. Jika kamu tak bisa men-support kedua orangtuamu. Sebelum kamu bisa melakukannya, kamu tak berhak untuk mengikuti passion-mu.

Saya sendiri tidak seperti itu. Beberapa tahun pertama, saya memulai semuanya dengan bekerja keras mati-matian. Saya bekerja di depan komputer, 12 jam sehari, bahkan 14 jam sehari. Saya bekerja sangat keras. Sama sekali tidak ada passion di situ. Saya sama sekali tidak senang bekerja di depan komputer. Menelepon orang, bertemu orang dan mendapat penolakan. Itu semua adalah kerja keras dan saya tidak suka dengan semua itu. Tapi itu memang perlu dilakukan. Saya tidak mengikuti apa yang menjadi passion saya.

Jika kamu mengikuti passion-mu, bukan lantas artinya kamu mengalami kehidupan yang sukses. Karena mungkin, jika kamu mengikuti passion-mu, maka kamu melakukan apa yang kamu rasa nyaman dan menyenangkan. Kamu melakukan apa yang mudah. Kamu melakukan apa yang kamu senangi. Tapi bukan begitu caranya meraih sukses.

Jika kamu memang ingin sukses, kamu harus bekerja. Bukan cuma mengerjakan apa yang kamu senangi. Tapi kamu mengerjakan apa yang memang harus dikerjakan. Kamu harus mau berkorban.

Setelah saya sukses dan bisa menghasilkan banyak uang. Saya bisa mendelegasikan hal-hal yang kurang saya senangi. Sekarang saya bisa fokus ke zona yang menjadi passion saya. Yang menjadi kejeniusan saya. Sekarang saya sudah meraih hak untuk lebih mengikuti passion saya. Untuk melakukan apa yang saya senangi. Seperti mengajar.

Namun bagi kamu-kamu yang masih pemula dan sedang merintis. Kalian tak punya hak untuk mengikuti passion kalian. Ada tagihan-tagihan yang harus dibayar. Ada keluarga yang harus dinafkahi. Utamakan itu lebih dulu. Jangan bicara soal passion dulu. Setelah kamu mulai meraih sukses. Kamu bisa bicara, “Oke, sekarang aku mau mulai mengerjakan apa yang kusenangi.”

Maka, mula-mula jangan bicara soal passion. Tapi fokus pada talenta-talenta dan bakat-bakatmu. Dan juga fokus ke pasar (market). Jangan hanya karena kamu punya passion pada sesuatu, orang lain jadi kelaparan.

Ada banyak seniman yang kelaparan (starving artists). Mereka sangat mengikuti passion mereka. Mereka bekerja mengikuti passion mereka, namun penghasilannya tak cukup untuk menafkahi diri sendiri. Mungkin juga tak ada yang mau membayar mereka. Kenapa? Karena mereka tak mengikuti pasar.

Saya punya passion mengoleksi tokoh-tokoh superhero Marvel. Tapi saya tak bisa menghasilkan uang dengan mengumpulkan itu. Malah saya harus mengeluarkan uang untuk membelinya. Jadi saya tahu, saya harus mencari uang dari hal lain. Saya mengikuti pasar. Saya memberi apa yang diinginkan oleh pasar.

Setelah saya bisa menghasilkan uang, saya mulai punya kebebasan. Saya mulai punya pilihan. Maka, lakukan apa yang harus kamu lakukan untuk mengikuti pasar dan fokus pada bakat dan talentamu.

Kamu bagus di mana? Dan ini tidak selalu sama dengan passion-mu. Apa yang bisa kamu lakukan lebih baik dibanding kebanyakan orang di marketplace? Yang orang mau membayar untuk itu? Jika kamu cuma mau mengikuti passion-mu, kamu pasti bangkrut.

Hasilkan, uang, ikuti pasar, fokus pada bakat dan talentamu. Kembangkan bakat-bakat dan ketrampilanmu. Baru setelah itu kamu boleh berkata, “Oke sekarang aku punya resource untuk mengikuti apa yang menjadi passion-ku.”

Raihlah sukses terlebih dulu. Lakukan apa yang memang harus dilakukan. Ikuti pasar. Fokus pada bakat dan talentamu. Baru passion mengikuti.

Lakukan apa yang harus kamu lakukan untuk mengembangkan dan mengasah bakat dan talentamu. Latihlah dirimu disiplin dan menempuh jam latihan yang panjang dan lama, setiap hari. Agar bakat dan talentamu bisa berkembang, kamu harus mau berkorban. Jangan melakukan apa yang kamu senangi, tapi kamu juga harus melakukan apa yang tidak kamu senangi demi mengembangkan bakat dan talentamu. Kamu harus melakukan apa yang tidak enak bahkan menyakitkan demi mengembangkan itu.

Jika bakat, ketrampilan dan kemampuanmu makin berkembang dan kamu bisa mengikuti market, orang pasti mencari kamu dan mau membeli produk dan jasa yang kamu tawarkan.

Maka, pertama fokus pada pasar, lalu fokus pada bakat dan talenta, baru kemudian kamu bisa mengikuti passion-mu.

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat


No comments:

Post a Comment