Thursday, April 25, 2019

Gapai Impianmu di Langit Biru



Apa yang menjadi impianmu? Apakah kamu bermimpi mendirikan sebuah perusahaan raksasa berskala internasional? Apa kamu bermimpi pergi ke tempat-tempat yang jauh sebagai seorang pengembara? Apa kamu bermimpi menjadi konduktor sebuah orkes sekelas maestro? Apa kamu bermimpi menjadi seorang perawat untuk orang-orang lanjut usia yang menjelang ajal? Ataukah menjadi seorang penulis yang menghasilkan banyak karya dan buku? Semua orang boleh bermimpi. Semua orang berhak bermimpi. Impian memberi makna dan gairah pada hidup kita. Sayangnya, banyak orang akhirnya “mengubur” impian mereka saat menghadapi berbagai kendala.

Alkisah, ada seorang yang punya impian ingin menciptakan sebuah lagu, namun ia terus menunda untuk mewujudkan impiannya ini. Hari demi hari terus berlalu. Tahun demi tahun berlalu. Usianya makin menua. Akhirnya ia terbaring di ranjang kematiannya. Di suatu malam hari di kamarnya dalam cahaya remang-remang, beberapa hari sebelum kematiannya, ia merenungi hidupnya. Menengok ke belakang. Ia menyesal karena membiarkan seluruh hidupnya berlalu begitu saja tanpa ia melakukan sesuatu untuk mewujudkan impiannya. Akhirnya, ia meninggal dengan “lagu” yang belum tercipta itu masih tersimpan didalam dirinya.

Teman, jangan nasibmu berakhir seperti orang itu. Apa pun impianmu, itu berharga. Jangan takut untuk bermimpi. Kamu berhak bermimpi. Seberapa tingginya dan besarnya impianmu, jika kamu punya komitmen, tekun dan konsisten dalam usahamu meraihnya, itu pasti terwujud. Yang harus kamu lakukan adalah tetap fokus dan melakukan langkah-langkah kecil setiap hari menuju kepada penggenapan impianmu itu. Kamu setia dan tulus. Kamu akan berhasil, pada waktunya….

Untuk setiap impian, selalu ada “mengapa?” di baliknya. Coba kamu renungkan, apa impianmu yang ingin kamu gapai sekarang? Dan mengapa kamu punya impian itu? Apa kamu di masa kecil, melihat banyak penderitaan pada orang-orang yang kamu lewati di jalan? Kamu ingin meringankan penderitaan mereka. Dan dengan melakukannya, kamu juga meringankan penderitaanmu sendiri. Pernah disebut, cara paling sederhana untuk menyembuhkan diri sendiri adalah lewat menolong orang lain dan meringankan derita mereka. Kamu jadi merasa dirimu berguna dan hidupmu bermakna. Inilah yang menyembuhkan.

Atau mungkin kamu senang memandangi langit malam sendirian di loteng rumahmu. Pelan-pelan, penghayatan akan Tuhan yang hadir di luasnya langit malam ini mulai terbentuk dalam alam pikirmu. Ada sesuatu yang “lebih besar” dari dirimu. Kamu hidup untuk “suatu tujuan yang lebih besar” dari dirimu (higher purpose). Kamu tidak hidup untuk diri sendiri. Impianmu berhubungan dengan perkara kemanusiaan. Dan dengan ini, impianmu pun menyatu dengan misi hidupmu. Kamu mau mengabdikan hidupmu untuk nilai-nilai kemanusiaan. Hatimu tergerak untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik. Tempat banyak orang bisa mengalami kedamaian hati dan kebahagiaan.

Tuliskan impianmu ini. Apa pun itu. Biarkan imajinasimu berkelana. Kamu ingin menulis tentang menggapai impian di tempat-tempat yang jauh. Kamu “ingin jadi sesuatu” dengan pengembaraanmu. Diam-diam kamu mungkin memendam impian untuk jadi seorang penulis. Kamu ingin menghasilkan sesuatu yang berguna untuk dirimu sendiri dan orang lain. Kamu ingin membagikan pelajaran-pelajaran dan nilai-nilai kehidupan yang kamu peroleh sepanjang perjalanan pengembaraanmu.

Menulis adalah sarana untuk ekspresi impianmu. Apa pun impianmu, tuliskan itu. Entah impianmu berhubungan dengan perkara kemanusiaan, dengan perjalanan untuk penemuan jati diri, atau untuk menyemangati orang-orang terpuruk dan putus harapan. Dengan tulisanmu, kamu mengajak orang untuk melakukan sesuatu yang berguna dengan hidup mereka. Untuk menghasilkan sesuatu. Untuk menyalurkan energi mereka pada hal-hal positif. Dan untuk tidak membiarkan akhlak dirusak dan direndahkan derajatnya oleh berbagai perbuatan dan kebiasaan buruk. 


Lewat menuliskan impianmu, kamu mengungkapkan siapa dirimu. Mengapa kamu punya impian itu. Alasan yang sangat personal dan subyektif sifatnya, mungkin berhubungan dengan sejarah masa kecilmu yang sarat penderitaan. Jangan lama-lama menunda. Segera tuliskan impianmu, karena hari-hari terus berjalan dan usiamu makin bertambah. Kamu tentunya tidak ingin bernasib seperti orang yang diceritakan di atas, kan…? Jangan pendam impianmu. Salurkan keluar.

Impianmu, mungkin berhubungan dengan misi hidupmu. Impianmu, mungkin berhubungan dengan takdirmu. Nilai-nilai apa yang terkandung didalamnya? Galilah itu lalu jadikan itu sebagai pedoman hidupmu.

Dalam penggenapan impianmu dan mungkin juga penggenapan takdirmu, kamu akan menghadapi banyak rintangan. Rintangannya bisa dari dalam dan luar dirimu. Dari dalam dirimu, mungkin ini adalah kemalasan, kurangnya daya juang dan keuletan untuk terus berkanjang dalam rasa tidak nyaman dan penderitaan dalam jalur penggenapan impianmu.

Sedangkan dari luar dirimu, mungkin saja ada orang-orang yang meragukan niatmu dan kemampuamu. Mungkin kamu dipandang dengan “sebelah mata” oleh mereka.

Namun justru disinilah letak kesulitan dan tantangannya. Disinilah letak perjuangan yang sebenarnya. Apakah niatmu jadi surut. Apakah semangatmu jadi kendor saat menghadapi semua ini. Ataukah kamu terus bertekun dan setia pada nilai-nilai yang jadi pedomanmu?

Seberapa penting impian ini bagimu? Seberapa besar efeknya untuk menentukan keberhasilan hidupmu? Pada penghayatan akan nilaimu sebagai manusia? Apa impian yang sedang kamu perjuangkan sekarang ini mengandung nilai-nilai yang langgeng dan hakiki? Bersediakah kamu membayar harganya? Apakah penggenapan impianmu ini akan membuatmu terus hidup, setelah kematianmu? Dampak apa yang bisa kamu berikan pada orang lain dan pada dunia lewat penggenapan impianmu ini?

Ini semua yang akan memotivasi kamu saat banyak rintangan menghadang. Pernah dikatakan bahwa para penulis akan tetap hidup setelah kematian mereka lewat buku-buku yang pernah mereka tulis. Sekarang adalah masa terbaik didalam sejarah untuk kamu menjadi seorang penulis. Adanya koneksi internet dan medsos sangat memudahkan kamu yang punya impian menjadi seorang penulis. Begitu banyak sumber, begitu luas dan kaya dimensi yang bisa kamu eksplor di dunia maya.

Kamu, apa pun impianmu saat ini, tuliskanlah itu dan biarkan orang lain tahu. Siapa tahu mereka yang punya impian namun selama ini hanya bisa memendamnya, jadi terinspirasi oleh tulisanmu. Kamu ingin mendorong mereka maju. Kamu ingin menyemangati mereka untuk mencapai potensi maksimal. Kamu ingin memberi “pencerahan” pada mereka bahwa kehidupan ini bukan untuk disia-siakan, namun dijalani dengan makna dan tujuan. Tujuan hidup yang berpedoman pada nilai-nilai yang langgeng, hakiki, sejati dan abadi.

“Menggapai impian di langit yang biru, biarlah tulisanmu bercerita tentang penggenapan takdir hidupmu…”

Penulis: Boni Sindyarta

“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

Terus ikuti artikel-artikel kami untuk wawasan dan pengembangan diri lebih…

No comments:

Post a Comment