Sunday, June 23, 2019
5 Alasan Mengapa Banyak Orang Punya Potensi Besar Namun Gagal oleh Robin Sharma
Kamu punya kejeniusan didalam dirimu. Kamu punya potensi untuk meraih sukses. Kamu hidup di planet ini sebenarnya terlahir dengan sebuah misi. Kamu bertanggung jawab untuk bertumbuh, untuk mengembangkan suatu ketrampilan, dimana dirinya bisa menjadi yang terbaik disitu. Kejeniusan, kesuksesan bukanlah soal genetika, namun ini lebih berhubungan dengan kebiasaan yang kamu jalani setiap hari. Seorang psikolog terkenal asal Amerika, James Flynn memperkenalkan istilah “Capitalization.” Ia mengatakan bahwa seorang pemain basket terbaik, seorang petinju terbaik, pelukis terbaik, entrepreneur terbaik, dll., bukanlah orang-orang yang paling berbakat, namun mereka adalah orang-orang yang mengasah dan mengembangkan bakat dan talenta yang mereka miliki, melebihi rekan-rekan mereka dibidang yang mereka tekuni.
Pertanyaannya adalah, apakah kamu sudah membangun kebiasaan yang bisa mendukungmu untuk meraih sukses? Apakah kamu sudah menganut mindset yang benar? Dalam artikel ini kita akan membahas tentang 5 alasan mengapa banyak orang yang punya bakat dan potensi luar biasa namun mengalami kegagalan….
Alasan #1: ketakutan mereka lebih besar dibanding iman mereka. Tak seorang pun akan percaya padamu tanpa kamu terlebih dahulu percaya pada dirimu sendiri. Kamu terlalu mendengarkan suara-suara (pikiran-pikiran) didalam kepalamu yang membuatmu takut. Kita merasa nyaman didalam zona nyaman kita, saat kita mulai keluar dari zona nyaman ini untuk meraih taraf kemampuan yang lebih tinggi, untuk meraih keberhasilan, kita akan diliputi oleh ketakutan. Dalam bidang Psychobiology yang sedang berkembang saat ini, ditemukan bahwa otak manusia terpola untuk keadaan yang stabil dan itu-itu saja. Ini adalah cara kita untuk survive. Ini mengapa detak jantung kita terus berkisar 72 detakan per menit, dan tekanan darah kita ada dalam rentang yang itu-itu saja. Ini adalah cara kita untuk bertahan hidup. Namun saat kita melihat peluang, punya ide-ide baru dan mulai keluar dari zona nyaman, menuju ke zona yang masih belum kita ketahui, di mana kehebatan dan greatness menanti kita disana, kita jadi takut.
Orang-orang hebat bukanlah orang-orang yang tak kenal takut, namun mereka adalah orang-orang yang terus melatih dirinya, terus membiasakan dirinya untuk menghadapi apa yang mereka takuti. Untuk terus berjalan maju meski takut. Lama-lama mereka merasa nyaman ditengah ketidaknyamanan, dan disinilah banyak peluang-peluang besar menanti kamu. Kamu jadi merasa nyaman saat menghadapi apa yang masih belum kamu ketahui. Kamu jadi merasa nyaman saat menghadapi ketakutan. Itulah yang dilakukan oleh para seniman hebat, entrepreneur hebat. Orang-orang yang berprestasi di bidangnya. Atlit-atlit yang hebat juga melatih diri mereka untuk melakukannya. Setiap hari. Latihlah otakmu setiap hari untuk mencari peluang, untuk masuk kedalam zona yang masih belum kamu ketahui. Jika kamu melakukannya secara konsisten dan terus-menerus, kamu sedang membangun jalur-jalur neurologis didalam otakmu, sehingga lama-kelamaan kamu dapat melakukannya dengan lebih mudah. Ini karena segala sesuatu memang sulit pada awalnya, semua perubahan memang sulit pada awalnya namun ini ujung-ujungnya akan mengarah pada sesuatu yang indah.
Alasan #2: mereka selalu menyalahkan keadaan, bukannya melihatnya sebagai peluang untuk bertumbuh. Semua orang-orang hebat pasti pernah mengalami keterpurukan. Nelson Mandela, ia mengalami penderitaan yang jauh lebih besar dibanding orang kebanyakan. Mother Teresa, ia mengalami kegelapan jiwa yang luar biasa dan banyak rintangan dalam perjalanannya mengemban misinya untuk menolong dan memberi makan pada orang-orang miskin di Kalkuta. Mahatma Gandhi. Rosa Parks. Shakespeare. Tolstoy. Picasso. Jean-Michel Basquiat. Jika kamu mengamati kehidupan mereka semua, kamu akan melihat banyak mereka jauh lebih banyak menderita dibanding orang-orang kebanyakan. Poin yang hendak dikemukakan disini adalah: kamu bisa mengubah penderitaan (pain) menjadi kekuatan (power).
Namun banyak orang tersandung dan jatuh oleh kesulitan dan tantangan hidup, mereka jadi kecewa dan patah semangat, kemudian berhenti berjuang dan berusaha. Banyak orang-orang hebat yang telah meraih dan sampai ke puncak gunung, telah menapaki jalur kegelapan dalam kesendirian. Lembah-lembah kehidupan yang kelam. Namun Rumi, seorang filus dan penyair hebat mengatakannya dengan indah, “Biarkan hatimu terluka berkali-kali, hingga itu akhirnya membuat hatimu terbuka. Semua orang-orang besar pernah terpuruk dan jatuh: Mother Teresa, Nelson Mandela, Martin Luther King, Jr., alih-alih berkata, “Mengapa ini semua terjadi padaku?” “Mengapa hidup ini begitu berat?” Mereka semua punya satu kesamaan: mereka mengubah penderitaan (pain) menjadi kekuatan (power). Mereka mengubah tragedi-tragedi yang mereka alami menjadi kemenangan. Ini bukan artinya prosesnya akan mudah. Namun kamu bisa bertanya pada dirimu sendiri, “Apakah selama ini? Bagaimana selama ini aku menyalahkan situasi? Hal-hal apa saja dalam situasiku yang kusalahkan?” “Saat aku terpuruk, apa dan siapa yang kusalahkan?” “Saat aku merasa hidup ini tidak adil, siapa dan apa yang kusalahkan?” “Saat aku merasa hidup ini berat, apa dan siapa yang kusalahkan?”
Ketahuilah ini: hidupmu adalah tanggung jawabmu sendiri. Kamu bertanggung jawab untuk hidupmu sendiri dan untuk respons-responsmu sendiri. Dan kamu selalu bisa memilih responsmu. Tanyakan pada dirimu sendiri, “Bagaimana aku bisa mengubah batu-batu sandungan dan rintangan-rintangan ini menjadi batu-batu lompatan?” “Bagaimana aku bisa mengubah masa-masa sulit dan penderitaan ini untuk menguatkan aku, menguatkan karakterku, menumbuhkan nilai-nilai kebajikan dan keluhuran (virtues)?” Maka, jangan lagi menyalahkan keadaan. Tujuan dari kehidupan adalah untuk bertumbuh, menguatkan karaktermu, menumbuhkan nilai-nilai yang baik: keberanian, kebaikan hati, keluhuran, kerendahan hati, kejujuran, martabat, keotentikan. Tujuan dari kehidupan adalah untuk pelayanan bagi orang lain dan dunia.
Kamu hidup di planet ini untuk sebuah misi yang besar. Kamu punya tujuan dan panggilan hidup. Jangan menuruti egomu yang berkata, “Aku kan bukan Nelson Mandela.” “Aku kan bukan Mother Teresa.” “Aku kan bukan Thomas Alfa Edison.” “Aku kan bukan Michelangelo.” “Aku kan bukan Picasso.” Namun jadilah hebat menurut caramu sendiri yang unik dan orisinil. Atau, jadilah hebat dibidangmu menurut caramu sendiri yang unik dan orisinil. Jangan mengukur hidupmu dari apa yang masyarakat katakan apa yang harus kamu lakukan, namun dari bagaimana kamu menjalani hidupmu setiap hari, dari bagaimana kamu membangun kebiasaan yang baik, dari bagaimana kamu menjaga integritas, dari bagaimana kualitas pelayananmu pada orang lain, pada keluarga.
Alasan #3: mereka membiarkan fokus perhatian mereka teralih. Banyak orang dijaman kini menderita sindrom rentang perhatian terbatas. Perhatian mereka mudah teralih sehingga sulit menciptakan karya dan produk terbaik. Mereka mendengarkan musik disaat mereka seharusnya bekerja. Mereka berulangkali memeriksa medsos dan mengecek email. Sehingga mereka menghabiskan waktu terbaik mereka dalam sehari bukan untuk menjadi produktif. Kamu harus belajar untuk melatih fokus untuk mengerjakan hal-hal yang benar-benar penting. Orang-orang besar secara sengaja menyediakan waktu dalam kesendirian untuk mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan dengan kualitas prima.
Alasan #4: mereka memiliki kepercayaan diri yang rendah. Orang-orang besar semuanya punya kepercayaan diri yang tinggi. Mereka punya kepercayaan diri yang tinggi dan mereka maju terus dengan gagasan mereka, meski menghadapi banyak rintangan dan penolakan. Angela Duckworth dari Universitas Pennsylvania menemukan bahwa orang-orang paling sukses adalah mereka yang paling gigih dan persisten. Mereka yang paling tekun. Dan kegigihan, persistensi dan ketekunan dalam artian tertentu adalah suatu bentuk kepercayaan diri juga.
Alasan #5: mereka berhenti terlalu cepat. Martin Luther King Jr. pernah berkata, “Sampai kamu menemukan sesuatu yang kamu bersedia mati untuk itu, kamu tidak pantas untuk hidup.” Ada tujuan dan panggilan hidup. Ada beberapa hal yang cukup penting dan bermakna untukmu sehingga kamu melakukannya dengan sebaik mungkin menurut caramu yang unik dan orisinil. Tetap bertahan pada tujuan dan panggilan hidupmu. Mungkin untuk menjadi atlet sebaik-baiknya yang kamu bisa menjadi. Menjadi seorang ayah atau ibu yang sebaik mungkin yang kamu bisa menjadi. Menjadi manajer sebaik-baiknya yang kamu bisa menjadi. Nyala api apa yang ada didalam hatimu? Api itu memberi pesan padamu, bahwa kamu harus melakukannya. Dan jika kamu tidak melakukannya, tidak ada orang lain yang bisa melakukannya persis seperti kamu. Jika kamu tidak melakukannya, dunia akan mengalami suatu kerugian. Kamu melakukannya cukup lama dengan persistensi, kegigihan, ketekunan, kepercayaan diri, semangat berkanjang dan keberanian sehingga kamu pun memberi manfaat dan pelayanan bagi orang lain dan dunia.
Jadi, begitulah kamu-kamu selalu punya potensi dan peluang untuk berhasil dibidangmu dan pada apa yang kamu kerjakan. Kamu hidup di planet ini untuk sebuah misi yang besar. Kamu bisa melakukan misi itu dengan caramu yang unik dan orisinil yang tak seorang pun bisa melakukannya persis sama seperti kamu melakukannya. Ubahlah penderitaan (pain) menjadi kekuatan (power) dan selalu lihatlah masa-masa berat dan sulit serta kejadian-kejadian buruk sebagai peluang untuk bertumbuh. Kamu tak perlu menjadi seorang “Nelson Mandela” atau “Mother Teresa” untuk menjalani misimu didunia. Kamu punya misi yang unik yang bisa kamu jalankan menurut caramu yang orisinil, yang bahkan seorang Nelson Mandela dan Mother Teresa sekalipun tak bisa melakukannya. Jangan berkecil hati namun jalani misi hidupmu setiap hari dengan penuh pengabdian untuk menjadikan dunia ini sebagai tempat yang lebih baik.
Dialihbahasakan & dikembangkan oleh Boni Sindyarta
“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"
D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat
Menginspirasi, mendidik dan menghibur…
Sumber: “The Real Reasons Good People Fail” by Robin Sharma
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment