Sunday, July 7, 2019
Beda antara Psikopat dan Sosiopat Bagaimana Cara Mengenalinya
Saat kita mendengar istilah “Psikopath” dan “Sosiopath”, kita mengira keduanya punya arti yang sama. Namun kebanyakan orang tidak mengerti bahwa sebenarnya ada perbedaan besar dari keduanya. Meskipun nampaknya mirip, namun sebenarnya sangat berbeda. Baik “Psikopath” maupun “Sosiopath” keduanya tergolong sebagai “Antisocial personality disorder” atau “Gangguan Kepribadian Antisosial.” Meski keduanya punya kesamaan, namun ada ciri-ciri yang membedakan keduanya.
Simak 5 perbedaan utama antara “Psikopath” dan “Sosiopath”, dengan mengetahui perbedaannya, kamu bisa memilah saat kamu terlibat hubungan dengan orang dengan gangguan kepribadian ini dan cukup waspada untuk menjaga keselamatan dirimu.
1. Perbedaan pada otak. Salah satu pembeda utama antara seorang Psikopath dan Sosiopath adalah asal muasal penyebabnya. Para psikolog menemukan bahwa orang dengan gangguan kepribadian Psikopat adalah bersifat bawaan sejak lahir. Maka ini sangat berhubungan dengan faktor genetik. Jika ada salah seorang anggota keluarga mengidap gangguan ini, kemungkinan kamu juga punya ciri-ciri seorang Psikopath. Penelitian dibidang medis telah membuktikan bahwa seorang Psikopath punya fungsi otak yang berbeda dengan orang-orang normal. Ini karena struktur otak mereka yang berbeda. Banyak orang dengan gangguan Psikopath kurang punya kemampuan untuk mengelola emosi. Mereka juga sulit mengendalikan impuls. Sedangkan seorang Sosiopath terlahir tanpa adanya gangguan kepribadian. Gangguan ini timbul lebih dari hasil pembelajaran karena faktor lingkungan dan situasi hidupnya. Ini sangat berhubungan dengan trauma masa kecil. Adanya sejarah tindak penganiayaan. Atau cara mereka dibesarkan. Karenanya, banyak orang dengan gangguan Sosiopath jauh lebih impulsif dibanding Psikopath. Mereka kurang mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil dan tindakan mereka.
2. Stabilitas emosional dan kecenderung melakukan tindak kriminal. Psikopath punya tendensi melakukan tindak kriminal karena mereka kurang punya empati yang adalah salah satu perasaan mendasar yang dimiliki manusia pada umumnya. Mereka bisa sangat cerdik dan manipulatif. Mereka banyak berpikir untuk memperhitungkan tindakan mereka. Psikopath lihai menipu dan sering melakukan “tindak kriminal kerah putih” (pekerjaan kantorang) seperti penggelapan/penipuan uang dan pencucian uang. Mereka menyusun plot tindakan dengan cerdik dan bisa melakukan tindak agresi untuk memperoleh apa yang mereka inginkan dari orang lain. Dua emosi (perasaan) mendasar yang kurang dimiliki oleh seorang Psikopath adalah rasa takut dan stres. Psikopath bisa tenang dan tertata serta terkendali dibawah tekanan. Oleh banyak ilmuwan ciri ini disebut sebagai “Resilient to chaos” – “Ketahanan terhadap kedaan diluar kendali.” Ini membuat Psikopath bisa berhasil dalam situasi dimana banyak orang merasa stres. Mereka mudah untuk tetap tenang dan merencanakan langkah-langkah mereka dengan kepala dingin. Ini membuat mereka semakin berbahaya dan punya catatan tindak kriminal yang tinggi.
Sedangkan sosiopath lebih mudah gugup dan terpicu emosinya. Kesamaan dengan Psikopath adalah Sosiopath juga menawan, memikat dan bersahabat. Psikopath menggunakan banyak waktu untuk merencanakan tindakannya, sedangkan Sosiopath lebih impulsif dan tindakan mereka lebih tak bisa diramalkan. Sosiopath punya masalah dalam pengendalian amarah. Ini mengakibatkan banyak masalah pada mereka. Mereka bisa mengamuk lepas kendali tanpa penyebab yang jelas. Ini dibarengi dengan tindak agresi. Mereka tidak mampu coping dengan stres dan bisa menyebabkan situasi yang berbahaya. Sosiopath tidak hanya bermusuhan terhadap diri sendiri namun juga kerap menafsirkan prilaku orang lain sebagai memusuhi mereka. Ini memicu mereka untuk melakukan tindak balas dendam. Mereka bisa melakukan tindak kekerasan yang mencederai orang lain, bahkan mengakibatkan kematian. Karena Sosiopath kurang teliti memikirkan dan cenderung gegabah dalam bertindak, maka tindak kriminal yang mereka lakukan cenderung kurang dipikirkan secara saksama.
3. Interaksi sosial. Psikopath biasanya sangat manipulatif dan menuntut orang lain taat pada mereka. Mereka pandai memakai kedok untuk menutupi sifat mereka yang sebenarnya yang bisa ramah serta bersahabat untuk mempengaruhi kamu memberi apa yang mereka inginkan. Psikopath sering menghabiskan banyak waktu guna melatih taktik mereka dalam memanipulasi. Mereka kerap nampak normal dan memberi kesan dapat dipercaya, namun sebenarnya kamu sudah terjerat. Banyak Psikopath sukses dalam karir bergengsi, seperti menjadi manajer atau pimpinan di perusahaan besar, juga menjadi CEO. Mereka sangat cerdas dan pandai menyusun dan bermain kata-kata untuk mengelabui kamu agar percaya pada mereka. Mereka juga sangat pandai membaca perasaan orang dan dilain pihak mereka pandai menutupi perasaan mereka sendiri. Mereka menggunakan kelebihan ini untuk memanipulasi dan mencari keuntungan pribadi.
Sedangkan Sosiopath tak sepandai ini dalam urusan membaca pikiran dan perasaan orang. Mereka kerap canggung dan menghindari interaksi sosial. Orang melabelkan mereka sebagai “orang aneh.” Saat seorang Sisiopath ditegur oleh orang lain karena apa yang ia lakukan bertentangan dengan standar sosial, ia balik menyalahkan orang lain. Juga nampak jelas bahwa ia hanya memikirkan dan mengkhawatirkan dirinya sendiri. Berbeda dengan Psikopath, Sosiopath mengalami kesulitan untuk mempertahankan pekerjaan mereka, karena mereka tak dapat diandalkan dan kurang teliti.
4. Hati nurani. Saat kita hendak membedakan antara Psikopath dan Sosiopath. Suara hati memainkan peran penting untuk menentukan apakah seseorang itu Psikopath dan Sosiopath atau bukan. Psikopath tidak punya suara hati didalam otak mereka yang mencegah dan memberitahu saat mereka berbuat salah. Jika seorang Psikopath berbohong padamu untuk memperoleh uangmu, ia tak merasa bersalah. Ia akan tetap menampilkan emosi seseorang yang tak bersalah sehingga dia bisa lolos. Sedangkah Sosiopath punya hati nurani. Namun suara hati ini sifatnya kabur dan kurang dipeduli. Saat seorang Sosiopath melakukan tindak kriminal, ia tahu bahwa apa yang ia lakukan itu salah. Tapi itu tetap tidak mencegahnya untuk terus melakukan perbuatan itu.
5. Relasi. Psikopath sering memperalat orang untuk kepentingan pribadi, mereka sulit membina keeratan relasi dengan orang lain. Mereka cenderung memiliki relasi-relasi yang dangkal atau pura-pura dimana mereka bisa punya kendali. Mereka pintar memanipulasi orang lain sambil menutupi sifat mereka yang sadistis. Orang lain hanya pion-pion kecil dimana seorang Psikopath dalam permainan catur kehidupan. Ia mempelajari bagaimana orang lain itu agar bisa memanfaatkan mereka. Namun meski Sosiopath mengalami kesulitan untuk membina hubungan dengan orang lain, mereka masih bisa melakukannya. Sosiopath sulit membina relasi karena emosi mereka yang tak dapat diramalkan. Psikopath bisa meniru perilaku orang lain yang sehat dan punya kehidupan yang bahagia, sedangkan Sosiopath tidak memiliki kehidupan seperti itu. Mereka kerap tidak peduli bagaimana dunia memandang mereka.
Psikopath dan Sosiopath sama-sama kurang punya empati dan kurang bisa mengerti perasaan orang lain yang wajar. Ini yang membuat mereka kerap tak dapat diramalkan bahkan berbahaya. Namun banyak orang Psikopath dan Sosiopath yang hidup dalam masyarakat tidak melakukan tindak kekerasan. Namun tendensi ini tetap ada didalam benak mereka. Banyak orang Psikopath dan Sosiopath hidup dalam masyarakat dan sulit untuk mendeteksinya, karena mereka berusaha keras untuk menjalani hidup sebagai orang normal dan coping dengan gangguan mereka.
“Be D*Light for Awareness & Enlightenment"
D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat
Menginspirasi, mendidik dan menghibur…
Sumber: “Psychopath vs. Sociopath – What’s the Difference” – Brainy Dose – YouTube Channel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment