Thursday, January 23, 2020

5 Alasan Mengapa Kamu Perlu Menetapkan Batasan Batasan yang Sehat dalam Relasi



Jika batasan-batasanmu dilanggar, ini bisa menimbulkan luka emosional yang sulit sembuh, bahkan permanen. Apa kamu pernah merasa dirimu tak dimengerti, disalahpahami, atau bahkan lebih parah...diabaikan. Sudah menjadi bawaan alami manusia untuk menyuarakan sudut pandangnya. Untuk sudut pandangnya didengar atau didiskusikan bersama. Ini bersumber dari kebutuhan kita yang mendasar untuk menjalin keterhubungan dengan manusia lain dan menjadi bagian dari komunitas.

Namun kerap komunikasi tidak berjalan mulus seperti yang kamu inginkan. Kalau sudah begini bisa timbul masalah relasi yang pelik. Artikel kali ini akan membahas 5 alasan mengapa kamu perlu menetapkan batasan-batasan yang sehat dalam relasi dengan orang lain. Entah itu di rumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan masyarakat. Batasan-batasan yang sehat itu sangat penting. Berikut ini sebabnya...

Satu: kesehatan emosimu sangat berhubungan dengan penetapan batasan. Kamu akan merasa lebih punya kendali atas dirimu dan merasa lebih nyaman jika kamu tahu siapa kamu, bagaimana kamu ingin orang lain memperlakukan kamu dan perlakuan apa yang tak bisa kamu tolerir. “Saya mengasihi diri saya apa adanya.” “Saya ingin diperlakukan seperti saya memperlakukan orang lain.” “Saya tak akan mentolerir perlakuan orang yang merendahkan saya.” Kejelasan dalam hal-hal ini akan melindungi perasaanmu dan membuatmu merasa lebih punya kendali atas perasaanmu. 

Namun orang lain kerap tak bisa diprediksi dan interaksi yang tadinya betul-betul didorong oleh niat baik bisa berubah menjadi pertengkaran. Maka punya kejelasan dalam aspek-aspek di atas itu penting agar kamu tahu bagaimana merespons saat interaksi tak berjalan mulus. Ini membuatmu merasa lebih punya kendali atas situasi. Kamu pun lebih tenang, lebih percaya diri dan bisa melindungi harga dirimu saat terlibat masalah relasi dengan orang lain.

Dua: kamu berhak untuk didengar dan dimengerti. Kamu adalah tuan dan majikan atas dirimu sendiri. Maka, kamu layak mengijinkan dirimu untuk mengalami dan merasakan perasaan apa pun yang timbul dalam dirimu, terlepas dari masukan dan pendapat orang luar. Dirimu berarti. Perasaan dan emosimu berarti. Kamu layak dikasihi, dihargai dan dimengerti. Kita punya hasrat untuk dimengerti oleh orang lain atau setidaknya didengar sudut pandang kita. 

Hasrat ini semakin kuat dalam relasi dengan orang yang kita peduli dan sayangi. Nyatakan secara spesifik dan lugas tentang bagaimana perasaanmu adalah kuncinya. Ini artinya mengungkapkan perasaan-perasaanmu, meski kamu pikir pihak lain kurang bisa mengerti. Ini juga termasuk membela hak-hak dan posisi kita jika dilanggar. Ini membuat kita masuk ke dalam komunikasi secara terbuka dan aktif. Ini akan mendorong saling pengertian dan ikatan yang lebih kuat antar kedua belah pihak. 

Tiga: kadangkala situasi memang menuntut kita bersikap asertif. Saat orang lain bersikap terlalu memaksa bahkan agresif, kita jadi sulit menerapkan standar dalam hal batasan. Serangan terhadap batasan adalah pelanggaran serius. Sikap dan perkataan yang bersifat merendahkan, mencemooh, menghakimi, menuntut dan memaksa bisa merusak kesejahteraan emosional kita. Kamu layak dihormati. Ini saatnya sikap asertif berperan. Ini bukan artinya kamu harus membalas agresi dengan agresi. 

Namun ini artinya kamu memelihara batasan dan berkata “tidak” saat kamu ingin berkata “tidak”. Ini juga artinya kamu berpegang teguh pada apa yang kamu yakini dan bersikap serta berkelakuan yang melindungi kepentinganmu dan tujuanmu. Kamu selalu bisa membuat penyesuaian. Kesejahteraan emosionalmu penting. 

Empat: ini membuatmu kesadaran tentang dirimu sendiri (self awareness) berkembang. Agar kamu bisa menetapkan batasan, kamu harus tahu apa yang sesungguhnya kamu inginkan. Kamu mungkin harus merenung dan mengadakan refleksi dan pemeriksaan batin agar lebih bisa mengenal dirimu sendiri. Menetapkan batasan juga bisa menyadarkan kamu, bahwa kamu bertanggung jawab untuk kebahagiaanmu sendiri. 

Tak ada orang yang bisa membaca pikiranmu dan menebak apa yang sesungguhnya kamu inginkan secara akurat 100%. Beranggapan orang lain bisa tahu dengan sendirinya tanpa komunikasi yang cukup tidaklah masuk di akal. Punya kejelasan tentang batasan-batasanmu akan membuatmu paham bahwa kamu perlu mengomunikasikan atau meminta apa yang kamu inginkan dan butuhkan.

Lima: ini menciptakan relasi yang sehat. Saat kamu bisa mengomunikasikan keinginan dan kebutuhanmu secara pantas, relasimu dengan orang lain akan berkembang dengan baik. Pasangan yang saling terbuka dan jujur satu sama lain akan lebih saling mengerti. Mereka tahu apa yang bisa membuat pasangan jengkel dan marah dan apa keterbatasan mereka masing-masing. Ini menjadikan relasi lebih bahagia dan sehat. Kalian jadi lebih bisa hidup berdampingan. 

Punya kejelasan dan menetapkan serta memelihara batasan yang sehat dalam relasi akan membuat kalian berdua lebih nyaman dan bisa mengembangkan harga diri yang positif. Menetapkan batasan bisa membantumu sadar bahwa dirimu utuh, baik dan berharga. Meski hubungan kemitraan dengan pasangan bisa memberi peningkatan dan kemajuan positif agar kamu berkembang maksimal sebagai pribadi, kamu tetap bisa survive tanpa pasanganmu. Kamu utuh dan lengkap tanpa dia. Pasanganmu adalah bonus. 

Menetapkan batasan sangatlah kondusif agar kamu bisa hidup berdampingan dengan orang lain secara sehat dan menetap. Ini bisa memelihara relasi yang positif. Ini juga penting agar mentalmu tetap sehat. Jika kamu mengalami masalah relasi, entah itu dengan atasan, pasangan atau orangtua, mungkin ini bisa diperbaiki lewat memeriksa batasan-batasanmu dan cara menegaskan batasan-batasan itu. Usahakan win-win solution.

Alihbahasa: Boni Sindyarta

Be D*Light for Awareness & Enlightenment"

D*Light Institute – House of D*Light
Tomang, Jakarta Barat

Menginspirasi, mendidik dan menghibur…

Sumber: 5 Reasons to Set Healthy Boundaries with Toxic People - Psych2Go – YouTube Channel

No comments:

Post a Comment